Bengkayang (Antara Kalbar) - Bank Indonesia berkomitmen untuk membantu pengembangan tikar bidai yang menjadi ciri khas dari kerajinan masyarakat Bengkayang.
"Seperti yang kita ketahui, tikar bidai ini merupakan salah satu potensi daerah yang memiliki nilai jual tinggi dan tentu bisa menjadi salah satu kearifan lokal yang patut untuk dikembangkan. Makanya kita sangat konsisten untuk membantu membina masyarakat Bengkayang dalam pengembangannya," kata Konsultan UMKM Bank Indonesia perwakilan Kalimantan Barat, Hatta Siswa Mayahya di Bengkayang, Selasa.
Dia mengatakan, dalam pengembangan dan pembinaan UMKM, Bank Indonesia memiliki program khusus yang memang benar-benar fokus dalam hal itu. Diantaranya Inkubator Bisnis yang bekerja sama dengan Lembaga Swabina Mitra dan pendampingan langsung kepada UKM dan Koperasi yang ada di daerah.
"Seperti yang kita lakukan di Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang ini, kita mencoba melakukan pembinaan secara aktif kepada masyarakat perajin tikar Bidai. Kita mencoba membantu pemasaran, maupun pengenalan produk kepada pasar luas melalui berbagai pameran," tuturnya.
Hatta menjelaskan, selama ini masyarakat perajin Bidai menjual hasil karya mereka ke Malaysia karena permintaan pasar disana memang sangat tinggi, selain kondisi geografis Seluas yang memang berdekatan dengan negara tetangga tersebut.
"Untuk bentuk pembinaan yang kita lakukan adalah dengan memberikan penguatan kepada perajin Bidai secara rutin agar mereka terus berinovasi dan mengembangkan kerajinan mereka," kata Hatta.
Tikar Bidai hasil buatan tangan warga Dusun Sinargalih, Desa Seluas, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang memang sangat diminati warga Malaysia. Hal itu diakui salah satu perajin tikar Bidai, Basiran, 45, yang mengaku dalam waktu seminggu saja bisa menghasilkan sekitar 17 hingga 18 tikar dengan harga jual 220 Ringgit Malaysia.
Tikar dengan ukuran 2x3meter dengan harga produksi sekitar 230 ribu itu membutuhkan waktu pengerjaan selama tiga hari dengan finishing.
Namun sayang dijelaskannya setelah masuk ke Malaysia, tikar bidar tersebut diklaim oleh Malaysia dengan nama tikar Serawak. "Kalau sudah masuk Malaysia mereka mengklaim menjadi Bidai Serawak, dengan terlebih dahulu mereka poles dan mereka kemas dan harga juga menjadi 1000 RM," kata Basiran.
Basiran juga mengakui ia memasukkan tikar bidai ke Malaysia hanya menggunakan sepeda motor dengan membawa 30 lembar ke daerah perbatasan, Serikin di titik nol antara Indonesia-Kalbar.
"Dari Serikin ke Malaysia menggunakan motor, dan langsung diambil oleh pedagang disana," katanya.
Ia menjelaskan dalam membuat tikar bidar ia dan beberapa perajin di Dusun Sinargalih itu mendapatkan bahan baku kulit kayu Kapuak yang kemudian dianyam sehingga menjadi beberapa jenis anyaman seperti tikar, taplak meja, sajadah dan hiasan dinding.
"Kalau pemesanan tidak hanya dari Malaysia tetapi juga pemesanan dari Pontianak dan luar Kalbar," jelasnya.
Sementara itu Perwakilan Dinas Perdagangan dan Industri Kabupaten Bengkayang, Sudadi mengaku sejauh ini Pemkab Bengkayang telah berupaya menjaga agar tikar Bidai menjadi hak paten Kabupaten Bengkayang.
"Karena menganyam tikar bidai ini sudah turun menurun dari nenek moyang warga," katanya.