Kairo (Antara Kalbar) - Konflik berdarah-darah di Timur Tengah yang dijuluki "Arab Saring" atau Revolusi Musim Semi Arab membuat kawasan panas itu semakin tidak menentu masa depannya, namun Indonesia netral menyikapinya.
"Posisi Indonesia cukup bagus, tidak memihak sehingga disambut baik semua negara dalam usaha mencari titik temu mengakhiri krisis politik yang melanda negara-negara sahabat seperti Suriah dan Mesir," kata anggota DPR RI, Muhammad Najib, di sela Konferensi Parlemen Negara-Negara Organisasi Kerja Sama Islam (PUIC-OKI) di Teheran, Iran, Sabtu (15/2).
Muhammad Najib, yang dihubungi Antara dari Kairo, Mesir, menegaskan, dengan sikap netral tersebut, Indonesia memiliki hubungan baik dengan semua negara di Timur Tengah termasuk Iran dan Arab Saudi.
"Indonesia terus menjalin kerja sama dan tukar pandangan dengan semua negara terkait, terutama Iran dan Arab Saudi, dua negara penting yang memainkan peran utama dalam upaya penyelesaian konflik di kawasan bergolak itu," tutur anggota Komisi I DPR-RI yang membidangi masalah luar negeri tersebut.
Dalam pandangan Najib, Iran kini menjadi penting dalam percaturan politik di Timur Tengah karena perubahan sikap Barat yang tadinya mengisolasi Teheran, namun belakangan mencoba untuk merangkulnya.
Menurut dia, merenggangnya hubungan Amerika dengan Kerajaan Arab Saudi dan Pemerintah Irak yang pro Teheran, serta perang saudara berkepanjangan di Suriah, membuat Iran semakin penting di mata Barat.
Iran saat ini mencoba mengimbanginya dengan merangkul Fatah di Palestina dan lebih terbuka terhadap program nuklirnya, demikian Najib.
Delegasi Indonesia dalam Konferensi PUIC-OKI itu selain Muhammad Najib (PKS), juga Wakil Ketua DPR Sahibul Iman selaku ketua delegasi, Ketua BKSAP DPR Surahman Hidayat (PKS), Tantowi Yahya (Golkar) Nova Irianto (Demokrat) dan Nazarudin Kiemas (PDIP).
Posisi Indonesia Netral Terhadap Konflik Revolusi Musim Semi Arab
Sabtu, 15 Februari 2014 18:47 WIB