Pontianak (AntaraKalbar) - Lembaga Swadaya Masyarakat yang ada di Provinsi Kalimantan Barat segera akan memiliki pesawat kecil yang bisa digunakan untuk memantau dan memotret kondisi kerusakan lahan dan hutan akibat pembukaan perkebunan sawit dan pertambangan.
Pesawat satu mesin (motor) dan mempunyai empat baling-baling atau jenis helikopter itu bisa digunakan untuk memfoto dan merekam dari udara dengan daya jelajah 10 kilometer atau bisa pulang dan pergi dengan jarak 20 kilometer, kata Peneliti Swandiri Institute, Arif Munandar di Pontianak, Sabtu.
Arif menjelaskan, ada lagi jenis pesawat lainnya yang daya jelajahnya bisa mencapai 300 kilometer yang dirancang dengan autopilot yang semuanya diperintahkan melalui komputer.
"Kami tinggal menentukan koordinat mana saja yang mau diambil fotonya, yang hasilnya sama dengan foto satelit. Ini kami gunakan sebagai alternatif karena harga foto satelit harganya sangat mahal," ujarnya.
Malah, menurut dia, resolusi foto yang dihasilkan oleh foto yang dikirim oleh pesawat ini nantinya lebih tinggi dari foto satelit.
Dalam kesempatan itu, Peneliti Swandiri Institute menyatakan, pesawat pemantau itu digunakan untuk mendukung penelitian mereka, terkait kondisi hutan, perkebunan, Hutan Tanaman Industri (HTI), dan tambang.
"Pesawat pemantau itu juga akan memiliki infraret yang gunanya bisa melihat langsung kondisi hutan. maka akan kelihatan apakah hutan tersebut hijau belum terjamah atau sudah," katanya.
Menurut dia, ketinggian terbang pesawat itu bisa mencapai 400 meter sehingga tidak menggangu arus pesawat komersil.
"Pesawat ini sama dengan pesawat aeromodelling yang hingga kini diperbolehkan, dan memang belum ada aturan terkait ini," kata Arif.
***3***
(U.A057/B/Z002/Z002) 26-04-2014 15:16:47