Putussibau (Antara Kalbar) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kapuas Hulu mencatat terjadi kenaikan jumlah penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Defieciency Syndrome (AIDS) dari tahun 2006 hingga 2014.
Pada tahun 2013 misalnya tercatat 13 kasus dan 2014 naik menjadi 14 kasus sehingga totalnya 70 kasus.
"Meninggal 32 orang. Sementara sisanya masih dalam perawatan, dengan menggunakan obat ARV (anti retro virus). Semua menjalani perawatan jalan," kata Ade Hermanto, SKM Kepala Seksi Informasi dan Promosi Kesehatan, Dinkes Kapuas Hulu.
Ia melanjutkan, dari Dinkes tetap melakukan kontrol. "Kasus ini diketahui meningkat itu tadi, melalui pemilihan duta HIV/AIDS, karena ketika mereka ingin mengikuti pemilihan duta, mereka memeriksa di VCT di Rumah Sakit, dengan sukarela melakukan tes HIV," ulasnya.
Saat ini tambah Ade, pihaknya sedang menggalakan program sosialisasi di sekolah-sekolah guna menyasar usia produktif tersebut. Dengan demikian lahir para pendidik yang menyebarluaskan informasi tentang bahaya HIV/AIDS, yang disebut pendidikan remaja sebaya.
"Demikian juga kalau di organisasi keagamaan. Misal dalam persiapan perkwainan, semua wajib mengetahui tentang bahaya HIV/AIDS, itu ada materinya," kata dia.
Ditambahkan Ade, setiap tahunnya target penyebarluasan informasi tentang bahaya HIV/AIDS oleh Dinkes Kapuas Hulu tuntas seratus persen.
"Rencana kedepan penyebarluasan informasi terhadap guru di sekolah-sekolah, dengan sistem training of trainer untuk guru," jelas dia.
Dari 70 kasus HIV/AIDS di Kapuas Hulu, dominasi penderita oleh laki-laki dengan perbandingan 8:6 persen. Adapun daerah tertinggi penyebaran yakni Putussibau Utara dan Putussibau Selatan.
Hal tersebut menurut Ade dipengaruhi pola hidup dan mobilisasi penduduk dari daerah satu ke daerah lainnya.
"Sebetulnya keluar masuknya manusia harus disaring dan dicek dengan pemeriksaan apakah terinfeksi HIV/AIDS atau tidak. Tahun ini kami fokuskan sosialisasi di daerah perbatasan, seperti Badau dan Silat Hilir serta daerah sungai," bebernya.
Sementara untuk pemilihan duta HIV/AIDS selalu dilakukan setiap tahun. "Karena cara demikian memang efektif dalam rangka kita menginventarisir penderita HIV/AIDS," ujar Ade Hermanto.
Kegiatan pemilihan duta HIV/AIDS tersebut melibatkan sejumlah pihak, diantaranya PKK, Komisi Penanggulangan AIDS dan Dinas Pendidikan.
"Sasaran adalah usia produktif, yakni 17 sampai 25 tahun. Dan mereka bukan berlatarbelakang dari orang kesehatan," jelas pria yang akrab disapa Ade.