Pontianak (Antara Kalbar) - Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Christiandy Sanjaya meminta peran aktif dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Provinsi Kalimantan Barat untuk membantu mewujudkan pemuda yang memiliki jiwa Pancasila dalam mengisi pembangunan negara ini.
"Pola pergerakan yang berusaha untuk memecah belah bangsa dan memperlemah persatuan dan kesatuan, antara lain tindakan yang merusak generasi muda secara fisik seperti contoh adalah narkoba. Kemudian, yang merusak secara non-fisik adalah seperti de-ideologi Pancasila, yang akhirnya dalam diri generasi muda tertanam sikap-sikap saling membenci, saling curiga, lebih mementingkan kelompok, egois dan bersikap hedonis dan fanatisme sempit," kata Christiandy saat memberikan sambutan pada pembukaan Pelatihan Kader Lanjut (PKL) dan Orasi Kebangsaan PMII, yang berlangsung di aula Asrama Haji Pontianak, Kamis.
Mengingat betapa strategisnya kedudukan dan peran pemuda dalam konstelasi ke-Indonesiaan, lanjutnya, khususnya dalam menjaga eksistensi dan keberlanjutan NKRI, maka pemuda harus dipersiapkan melalui proses pendidikan dan sosialisasi akan nilai-nilai Pancasila, pluralisme, kepahlawanan, patriotisme dan nasionalisme.
Hal itu harus ditanamkan sejak dini melalui berbagai sarana dan berbagai metode agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi pemuda Indonesia yang berjiwa Pancasilais dengan ciri-ciri agamis, pluralis, nasionalis, demokratis, patriotik dan bersikap adil dan bijaksana.
"Ciri-ciri tersebut sepertinya utopis dan idealis, namun kalau semua pihak dan semua mau bersinergi serta berusaha sungguh-sungguh tiada impian yang tidak tercapai," tuturnya.
Lebih Christiandy menjelaskan, bahwa masa-masa remaja merupakan masa emas untuk pertumbuhan intelektual, spiritual dan emosional. Pada masa tersebut jika tidak dikelola dan diarahkan dengan baik maka pertumbuhan tidak akan maksimal atau perkembangannya menjadi negatif.
Perilaku negatif atau perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma hukum, norma sosial dan norma agama akibat dari pola asuh dan pengelolaan intelektual, spiritual dan emosional yang salah atau tidak terkontrol dengan baik.
"Selain itu dalam diri generasi muda sedang terjadi proses mencari jati diri yang rentan terpengaruh oleh hal-hal instan yang dinilai nyaman, baik atau enak dalam sesaat tetapi pada dasarnya dan akhirnya akan dapat merusak secara perlahan tapi pasti bagi masa depannya," kata Christiandy.
Dikatakannya pula, fase pengkaderan melalui Pelatihan Kader Lanjut (PKL) dan Orasi Kebangsaan yang dilaksanakan PMII tersebut bertujuan untuk membangun dan memperkuat basis pengetahuan yang dapat mengubah pemuda menjadi mujahid dan memiliki komitmen terhadap nilai-nilai pergerakan dan indikator yang selalu siap mewakafkan dirinya untuk kepentingan gerakan serta memiliki kemampuan dan keterampilan mengelola organisasi.
Melalui PKL tersebut dia juga mengharapkan para peserta mampu mengembangkan kualitas kepemimpinan, serta merancang strategi gerakan jangka pendek dan jangka panjang dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan khususnya di Kalimantan Barat.
"Saya juga berharap, agar para kader dan para calon kader mujtahid, dapat mengubah dan mendesain pola kaderisasi dan gerakan ke depan, yaitu dengan cara melatih dan mendorong mentalitas kader yang mulai berkurang. Hal tersebut telah terbukti dengan banyaknya tokoh-tokoh nasional, regional maupun lokal yang dilahirkan dan sudah terbukti kualitasnya, dan hal ini harus tetap dipertahankan oleh calon-calon mujtahid," katanya.
(KR-RDO/N005)