Singkawang (Antara Kalbar) - Puluhan guru Bahasa Indonesia di Kota Singkawang, mengikuti pelatihan Penguatan pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks, di Aula Sekolah Menengah Kejuruan Negeri II di kota tersebut.
"Pelatihan ini berlangsung selama empat hari, dari 18 sampai 21 Februari," kata Kepala Balai Bahasa Kalimantan Barat, Firman Susilo, di Singkawang, Kamis.
Firman mengatakan, kegiatan tulis menulis untuk guru pada prinsipnya bertujuan agar guru bisa berkarya untuk menghasilkan produk. Oleh karena itu, kegiatan ini dirancang dengan sedemikian rupa dalam rangka untuk mendukung gerakan nasional generasi bangsa.
"Selama ini kita kekurangan bahan bacaan. Dari produk-produk inilah diharapkan nanti, jika dipublikasikan baik dalam bentuk buku maupun elektronik, itu bisa menjadi bahan bacaan bagi generasi bangsa, yaitu siswa," ujarnya.
Karena berdasarkan Permendiknas, bahwa 15 menit sebelum proses pembelajaran dimulai, siswa diwajibkan untuk membaca.
Sehingga, setiap guru diwajibkan untuk bisa menulis. Selain dengan guru, pihaknya juga sudah melakukan hal yang serupa kepada siswa khususnya di Kalbar.
"Dan memang, dari kegiatan tersebut, sudah ada beberapa karya siswa yang sudah diterbitkan dalam bentuk buku, salah satunya, kisah rumah keluarga Tjhia di Singkawang oleh siswa asal Singkawang. Jadi saya akan tunggu, hasil karya guru, supaya bisa dipublikasikan juga," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Pendidikan Singkawang, HM Nadjib mengatakan, dunia pendidikan sangatlah dekat kaitannya dengan tulis menulis maupun membaca.
"Karena yang di baca adalah yang di tulis. Begitu juga dengan yang ditulis, adalah untuk dibaca," katanya.
Dirinya melihat, jika kemampuan kualitas guru dalam hal menulis dirasakan mulai menurun. Hal ini mungkin dikarenakan kesibukan guru masing-masing.
Sehingga segala macam karya tulis, seperti cerpen atau novel tidak berkembang di tengah masyarakat. Sementara media yang bisa mempublikasikan itu sangat banyak dan mudah.
"Saya katakan mudah, bisa saja para guru membuat blok. Jadi, karya-karya terbaik kalian (guru) itu bisa dimasukkan disitu. Seluruh dunia bisa membacanya," ujarnya.
Sementara Sekretaris Dewan Pendidikan Singkawang, Helmi Fauzi berharap melalui kegiatan ini bisa meningkatkan kreatifitas guru untuk mengangkat nilai-nilai sosio-kultural di dalam masyarakat.
Dalam kegiatan ini, ujarnya, sedikitnya ada dua sasaran yang akan di capai. Pertama, bagaimana para guru dapat mengangkat nilai-nilai tradisional (nilai-nilai sosio-kultural) dari masyarakat. Kedua, bagaimana mengaitkan antara nilai-nilai tradisional tersebut dengan nilai modern sekarang ini.
Sehingga guru dituntut untuk dapat improvisasi, kreativitas, dan sebagainya. Menurutnya, tantangan guru sangat banyak. Mungkin para guru-guru punya kesibukan. Tapi, bagaimana guru dengan kesibukannya itu dapat mendorong mereka menjadi kreatif.
"Artinya, setiap permasalahan selalu ada jalan keluar. `No problem`," katanya.
(KR-RDO/N005)