Sarawak, Malaysia Timur, terus menggeliat. Terlebih setelah dibangunnya proyek skala besar yang ditunjang melalui Sarawak Corridor of Renewable Energy atau disingkat SCORE.
SCORE merupakan satu dari lima koridor ekonomi yang diumumkan Malaysia dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Koridor ini mencakup kawasan seluas 70 ribu kilometer persegi dan 600 ribu jiwa di dalamnya. Pembangunannya bersifat jangka panjang yakni dari tahun 2008 hingga 2030.
Membandingkan SCORE dengan program percepatan pembangunan kawasan ekonomi, Indonesia mungkin kalah beberapa langkah. Letak kawasan SCORE berada di bagian Timur Sarawak, yang berdekatan dengan Brunei Darussalam dan Sabah.
Kuching adalah ibu kota dari Sarawak. Sebagai bandar terbesar, Kuching dilengkapi berbagai fasilitas yang memadai untuk menarik minat wisatawan dari berbagai belahan dunia.
Selain fasilitas, Sarawak menjual kawasan konservasi, alam dan budaya kepada wisatawan. Sarawak memiliki Sarawak Tourism Board (STB). Ini adalah lembaga yang mengurus masalah pelancongan atau wisata.
Marketing Manager STB, Gustino Basuan menuturkan, pariwisata memegang peranan penting dalam ekonomi Sarawak meski bukan yang paling utama. "Yang paling utama adalah industri, kawasan yang disebut SCORE. Pariwisata adalah yang kedua," katanya menjelaskan.
Pada tahun 2014, setidaknya terdapat 4 juta lebih wisatawan mengunjungi Sarawak. Sementara tahun 2015, diharapkan angkanya mencapai 5 juta wisatawan. "Kalau kondisi normal, kami optimistis itu tercapai," kata Gustino Basuan di Kuching, beberapa waktu lalu.
Dalam kondisi normal artinya tidak ada kabut asap, kejadian insidentil seperti hilangnya pesawat yang mengangkut wisawatan dari negara lain, atau penyakit yang mewabah.
Kondisi geografis Kuching yang terletak satu daratan dengan Kalimantan Barat, membuat Sarawak menjadi salah satu tujuan wisata warga. Berdasarkan catatan STB, pada tahun 2014 ada 400.819 wisatawan asal Kalbar yang ke Sarawak. Periode Januari - September 2015, jumlahnya sedikit menurun menjadi 363.995 orang.
Beri Insentif
Sarawak menyadari bahwa pasar baru perlu dibuka. Turunnya wisatawan dari negara-negara Eropa, termasuk Asia dan jiran terdekat seperti Singapura, menjadi catatan tersendiri. Belum lagi dampak dari hilangnya pesawat AirAsia tujuan Tiongkok dari Kuala Lumpur, ikut menekan jumlah wisatawan dari negara berpenduduk terbesar di dunia itu ke Malaysia.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah memberi insentif di sektor pariwisata. Menurut rencana, pada April akan ada penerbangan langsung dari Hongkong ke Kuching. Menariknya, Hongkong Airlines itu tidak ada penerbangan langsung ke Malaysia selain ke Kuching.
Pihaknya pernah mengadakan riset tentang wisata di Sarawak. "Menarik atau tidak bagi wisatawan," ujar Gustino. Hasilnya, wisatawan ingin berkunjung ke daerah atau tempat yang tidak ada di daerah asalnya. Ini menjadi catatan penting bagi STB sehingga promosi dan capaian yang ingin dihasilkan, tepat.
Salah satunya adalah dengan mempermudah akses untuk berkunjung ke Kuching. Kerja sama dengan Hongkong Airlines misalnya. "Yang diharapkan tentu saja mereka yang datang ke Kuching, bukan sebaliknya," kata dia.
Industri pariwisata di Sarawak pun terus tumbuh. Hotel-hotel baru berbagai kelas terus bermunculan. Di Kota Kuching sendiri, tampak pembangunan hotel dengan ratusan kamar di beberapa lokasi. Utamanya di kawasan Waterfront, tempat wisata utama di kota tersebut.
Di Miri, yang berbatasan dengan Brunei Darussalam, juga telah berdiri beberapa hotel baru kelas internasional. Selain hotel, di Sarawak dibangun pusat perbelanjaan skala besar dengan vendor-vendor yang selama ini hanya ada di Semenanjung. Yang terbaru adalah "Vivacity", dengan lebih dari 300 vendor di dalamnya.
Menariknya, meski ada hotel-hotel baru yang mulai beroperasi, tingkat hunian tetap tinggi. "Artinya, ada permintaan," ujarnya. Mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ia mengakui sudah dibahas meski sebatas tingkatan pimpinan. Namun ia yakin, sudah diambil berbagai langkah untuk mengantisipasi hal itu serta peluang apa yang dapat dimanfaatkan.
Bagaimana Kalbar?
Cukup ironi memang. Meski bertetangga dengan Sarawak, namun jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kalbar, masih sedikit jika dibandingkan dengan yang ke negeri jiran itu.
Bahkan anggaran untuk promosi pun habis ketika tahun anggaran masih berjalan. "Anggaran untuk promosi wisata Kalbar sudah habis, bahkan pada semester pertama, anggaran yang ada sangat minim. Yang bisa kita lakukan saat ini hanya mempromosikan wisata melalui website Dinas Pariwisata Pemprov dan milik kementerian," kata Simplisius di Pontianak, medio Oktober.
Dia menjelaskan, minimnya anggaran pariwisata pada tahun ini, dikarenakan anggaran Pemprov Kalbar mengalami defisit. Bahkan, pada tahun 2015 ini saja anggaran yang diajukan terpangkas Rp2 miliar dari Rp7 miliar.
Dengan anggaran yang minim tersebut, selain harus digunakan untuk promosi wisata, pihaknya juga harus bisa mengantisipasi berbagai kegiatan langsung yang menjadi agenda tahunan dari Pemprov Kalbar.
"Meski demikian, kita akan terus berusaha keras untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di Kalbar, salah satunya dengan menggandeng berbagai pihak terkait baik untuk mempromosikan wisata di Kalbar, maupun pihak ketiga," katanya.
Bandingkan dengan Sarawak yang langsung mengambil berbagai langkah strategis ketika terjadi penurunan jumlah wisatawan. Misalnya pada 28-29 November 2015, sebanyak 18 organisasi terdiri dari travel agen, rumah sakit, perguruan tinggi serta perusahaan penerbangan asal Sarawak mengikuti ekspo yang digelar STB di Pontianak.
Selain itu, juga diadakan pertemuan bisnis antara pihak Sarawak dan Kalbar. Tujuannya untuk membuka peluang kerja sama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Kalbar sebenarnya tak perlu "minder" dengan kelebihan Sarawak. Tak kenal maka tak sayang. Mungkin itu yang membedakan. Dari sisi alam dan budaya, Kalbar tak kalah indah. Hanya infrastruktur yang perlu dibenahi.
Mantan Konsul Malaysia di Pontianak, Khairul Nazran Abd Rahman pernah mengatakan, banyak yang belum mengenal Kota Pontianak. "Apa itu meriam karbit, Pontianak merupakan kota yang dilewati garis khatulistiwa, serta banyak hal lainnya yang mungkin belum diketahui warga Sarawak," kata Khairul.