Pontianak (Antara Kalbar) - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria menyatakan adanya rencana pemerintah yang melakukan pemotongan subsidi BBM jenis solar dari Rp1.000 per liter menjadi Rp350 per liter sudah benar.
"Apa yang akan dilakukan pemerintah melalui Kementerian ESDM sudah benar, karena yang menggunakan solar umumnya malah pengusaha dan mereka menggunakan untuk kegiatan yang produktif atau bisnis," ucap Sofyano Zakaria saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Selain itu menurut dia, meskipun harga jual solar turun, juga tidak sebabkan harga berbagai kebutuhan pokok turun.
"Selain itu, naiknya harga atau terjadinya inflasi juga tidak bergantung pada satu (harga) komoditas saja, begitu juga dengan deflasi. Apakah ketika harga BBM turun lalu harga komoditi lainnya juga ikut turun?," ungkapnya.
Masalahnya, menurut Sofyano, BBM sudah disakralkan pihak tertentu untuk kepentingan politik sesaat yang tujuannya buat menghantam pemerintah. "Kenapa ketika harga BBM turun tidak ada pihak yang bereaksi mempermasalahkan, sementara kalau harga BBM naik, maka pemerintah akan `dihantam` habis-habisan," katanya.
Adapun rencana pengurangan subsidi solar masuk dalam asumsi dasar sektor ESDM untuk RAPBN-P 2016 yang disampaikan Menteri ESDM, Sudirman Said dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (8/6).
Sudirman mengungkapkan kebijakan ini diambil pemerintah untuk memperkuat fiskal dan agar subsidi BBM lebih tepat sasaran.
"Kalau subsidi dikenakan langsung ke sektor energi, ada kemungkinan yang menikmati golongan menengah ke atas. Jadi nanti dialihkan ke bantuan sosial, kesehatan, infrastruktur dan pendidikan," ujar dia.
Namun, jika nantinya rencana ini disahkan setelah mendapat persetujuan DPR dan masuk dalam APBN-P 2016, Menteri ESDM menegaskan harga solar belum akan naik setidaknya sampai akhir tahun. Sebab, dengan nilai subsidi Rp350 per liter, Indonesia masih memiliki "bantalan" yang cukup untuk menanggung beban harga.
Pemerintah memang melakukan koreksi cukup signifikan terhadap APBN 2016. Khusus di sektor energi, menurunnya harga minyak dunia menjadi faktor utama penyesuaian anggaran.
Dalam pemaparan asumsi dasar sektor ESDM untuk RAPBN-P 2016 di depan Komisi VII DPR RI, selain pengurangan subsidi solar, hal lain yang menurun adalah "lifting" minyak dari 830 ribu barel per hari menjadi 810 ribu barel per hari.
Sementara "lifting" gas bumi juga berkurang dari 1,155 juta barel setara minyak (BOEPD) perhari menjadi 1,115 BOEPD dalam RAPBN-P 2016. Subsidi listrik akan bertambah dari Rp38,39 triliun menjadi Rp57,18 triliun.
Lainnya seperti volume BBM dan LPG tiga kilogram masih akan tetap di angka masing-masing 16,69 juta kiloliter dan 6,602 juta kiloliter.
Pemerintah sendiri memasukkan perkiraan harga minyak mentah dunia sebesar 40 dolar AS perbarel dan melakukan pemangkasan anggaran Kementerian ESDM hingga Rp825,1 miliar.
Keputusan akhir atas seluruh asumsi dasar tersebut akan dikeluarkan setelah pemerintah dan DPR RI mencapai kesepakatan bersama.
(U.A057/M019)
Puskepi: Pemotongan Subsidi Solar Sudah Benar
Selasa, 14 Juni 2016 16:37 WIB