Pontianak (Antara Kalbar) - Gubernur Kalimantan Barat Cornelis mengatakan, untuk mendukung ketahanan pangan nasional dirinya meminta Dewan Ketahanan Pangan yang sudah dibentuk agar lebih serius membina para petani.
"Hal itu dilakukan karena melihat berbagai ancaman yang datang. Seperti pertumbuhan penduduk yang kian meningkat dan iklim yang tidak menentu," kata Cornelis di Pontianak, Jumat.
Selain itupun dia juga berharap perusahaan yang menanamkan modalnya di provinsi ini ikut terlibat. Misalnya lahan yang disediakan, tidak semuanya ditanami kelapa sawit.
"Lahan itu bisa juga ditanami pangan, entah umbi, padi, jagung atau tanaman pangan lainnya. Tanaman pangan itu bisa memenuhi keperluan karyawannya," tuturnya.
Cornelis mengatakan, kondisi iklim yang tidak normal memberikan pengaruh yang besar pada hasil produksi pangan. Dicontohkannya pada tanaman padi.
"Seharusnya sudah musim hujan ternyata tidak. Dampaknya pengairan berkurang dan hama pun bertambah," kata dia.
Kendati demikian orang nomor satu di Kalimantan Barat itu memastikan pemerintah terus mendorong pencapaian produk yang baik. Seperti program cetak sawah dan panen dua kali dalam setahun guna memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Dan menurutnya hasil didapat produksi padi di Kalimantan Barat mengalami surplus di tahun 2015. "Meski surplus, tapi semua mengkonsumsinya juga. Baik hewan dan manusia," kata dia.
Disisi lain, Pemerintah provinsi Kalimantan Barat berkomitmen untuk menjadikan pangan lokal sebagai penggerak ekonomi daerah dan kemandirian pangan melalui kegiatan Gelar Pangan Nusantara 2016 yang dilaksanakan di Kalbar dari tanggal 4 sampai 7 Agustus nanti.
"Melalui kegiatan ini, kami selaku Pemerintah provinsi mengajak seluruh masyarakat Kalbar agar bisa memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tanaman pangan demi mendukung program ketahanan pangan yang dicanangkan pemerintah," kata Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya.
Christiandy mengatakan, berdasarkan informasi yang ia dapat, tahun depan diperkirakan jumlah penduduk akan bertambah sebanyak Rp1 miliar orang dan jumlah penduduk dunia akan bisa mencapai 8 milyar. Sementara bumi ini katanya hanya menampung Rp3 miliar sampai Rp4 miliar orang.
"Artinya Bumi saat ini sudah overload. Mengapa saya sampaikan, karena ini erat kaitannya dengan masalah pangan dan ini sudah menjadi perhatian utama dunia," tuturnya.
Untuk itu, lanjutnya, kita harus bisa memandang hal ini sebagai suatu ancaman yang serius dan perlu segera diantisipasi.
(KR-RDO/N005)