Jakarta (Antara Kalbar) - Komitmen Indonesia untuk membantu pembangunan
negara-negara lain masih berlanjut dan terus meningkat secara kualitas
dan kuantitas.
Peran aktif Pemerintah Indonesia dalam
beberapa forum dan organisasi internasional, seperti G20, APEC, dan
ASEAN mencerminkan kemauan Indonesia untuk membagi pengetahuan dan
pengalaman kepada negara lain.
Bahkan, melalui Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Kerja sama
Selatan-Selatan menjadi salah satu prioritas dalam kebijakan pembangunan
Indonesia.
Kerja sama Selatan-Selatan adalah kegiatan
pertukaran sumber daya, teknologi, dan pengetahuan antara negara-negara
berkembang yang juga dikenal sebagai negara-negara Selatan global.
Pada 2017, Direktorat Kerja Sama Teknik Kementerian Luar Negeri RI
berencana melaksanakan 15 program pengembangan kapasitas bagi
negara-negara di kawasan Asia, Pasifik, Afrika, Timur Tengah dan
Karibia.
Keseluruhan program tersebut merupakan komitmen
Pemerintah Indonesia dalam kerangka Kerja Sama Selatan-Selatan yang
bertujuan untuk memajukan kerja sama pembangunan antarnegara berkembang.
Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Kerja Sama Teknik
Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Kementerian Pertanian
memberikan pelatihan untuk pengembangan pertanian bagi warga dari
negara-negara Afrika melalui kerja sama pengembangan kapasitas.
"Sebagai negara yang telah membangun kapasitas tertentu di bidang
pertanian, Indonesia berkomitmen untuk membantu sesama negara-negara
berkembang lainnya dalam meningkatkan kapasitas berbagai aspek
pertanian," kata Widi Hardjono, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian
Kementerian Pertanian RI.
Program pengembangan kapasitas di
bidang pertanian untuk warga Afrika itu dilaksanakan di Pusat Pelatihan
Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Cara Tani di Kuningan, Jawa Barat mulai
14 Maret hingga 1 Mei 2017.
Program "International Training
on Agricultural for African Countries" itu diikuti 12 peserta dari 11
negara Afrika yaitu Zimbabwe, Angola, Ethiopia, Gambia, Madagaskar,
Sudan, Kenya, Mozambik, Tanzania, Nigeria, dan Namibia.
Menurut Widi, pelatihan pertanian yang diberikan pemerintah Indonesia
tersebut bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian para
petani Afrika dalam menanam padi dari sejak menabur benih sampai masa
panen, proses teknologi padi, produksi jagung, cara penanaman dan
perawatan pohon kopi.
Dalam pelatihan itu, para peserta juga
akan mempelajari cara mengolah singkong dan ubi jalar yang dari segi
komoditas banyak terdapat di negara-negara Afrika.
"Peserta
pelatihan juga akan bertukar ide tentang pertanian yang ramah
lingkungan. Peserta akan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang
pembenihan, penanaman hingga panen serta tentang teknologi pengolahan
pangan," ujar Widi.
Dia mengatakan, pada akhir pelatihan,
para peserta dari Afrika itu harus mempresentasikan Rencana Aksi untuk
meningkatkan produktivitas dan keterampilan untuk diversifikasi pangan
dan pengolahan dengan sistem "zero waste" di negara masing-masing.
Para peserta dari 11 negara Afrika menyampaikan rasa terima kasih
kepada Pemerintah Indonesia yang telah memberikan pelatihan tersebut.
Budidaya Sebagian besar dari peserta berharap dapat mempelajari
teknik budidaya padi, manajemen irigasi, serta teknologi pertanian dan
produksi pangan yang efektif. Mereka berharap ilmu yang didapat di
Indonesia bisa dibawa ke negara masing-masing untuk meningkatkan
pertanian di Afrika.
"Saya merasa senang mendapat kesempatan
datang ke sini untuk mempelajari pertanian Indonesia dan ketika kami
kembali pulang ke negara masing-masing, kami dapat menerapkan ilmu yang
kami dapat di sini," kata Salisu Mawaida Suleiman, salah seorang peserta
pelatihan dari Nigeria.
Suleiman yang bekerja untuk
Kementerian Pertanian Nigeria mengatakan bahwa selama di Indonesia dia
ingin meningkatkan keahlian dan pengetahuannya di bidang pertanian,
khususnya tentang budidaya padi.
Menurut dia, Indonesia
merupakan negara yang tepat untuk mengadakan pelatihan pertanian karena
sektor pertanian Indonesia dinilai baik oleh negara-negara Afrika,
terutama dalam hal produksi padi.
"Dalam hal pembangunan
kapasitas, Indonesia mempunyai kemampuan yang sangat mumpuni, khususnya
untuk pertanian," ujar Suleiman.
Kegiatan pelatihan pertanian itu pun diharapkan dapat merekatkan hubungan Indonesia dengan negara-negara Afrika.
Selatan-Selatan Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik
Kemlu Niniek Kun Naryatie mengatakan pelatihan pertanian untuk negara
Afrika yang diberikan oleh pemerintah RI melalui program pengembangan
kapasitas itu merupakan komitmen Indonesia dalam menjalankan Kerja Sama
Selatan-Selatan.
"Kerja Sama Selatan-Selatan adalah bagian
dari kebijakan politik Indonesia, di mana kita membantu negara-negara
Afrika untuk mengisi kemerdekaan mereka dengan kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka," ujar dia.
"Kita memilih
melakukan pelatihan pertanian ini bukan hanya karena Indonesia baik
dalam sektor ini, tetapi juga karena pertanian memang tulang punggung
dari ekonomi kita," lanjut dia.
Dia meyakini bahwa bantuan
pengembangan kapasitas yang diberikan pemerintah RI kepada negara-negara
Afrika pada gilirannya akan memberikan manfaat bagi Indonesia, terutama
manfaat jangka panjang.
"Selalu di dalam kegiatan Kerja
sama Selatan-Selatan dikaitkan dengan diplomasi hasilnya tidak langsung.
Kita tidak bisa langsung merasakan manfaatnya," ucap Niniek.
Dia menilai program bantuan kapasitas itu dapat mempererat hubungan
kedua negara melalui "people-to-people contact" yang meningkat dengan
mengundang warga Afrika mengikuti pelatihan langsung di Indonesia.
"Warga Afrika yang sudah datang ke Indonesia dan ikut pelatihan
dengan dibiayai, paling tidak mereka akan menjadi 'friends of Indonesia'
dan itu bermanfaat, namun kita mungkin tidak bisa merasakannya
sekarang. Tetapi itu suatu hari akan kembali ke kita," kata dia.
Niniek juga menilai bahwa bantuan kapasitas tersebut akan membawa manfaat ekonomi bagi Indonesia di masa depan.
"Tentu kalau kita melatih mereka di sini dan mereka sudah terbiasa
menggunakan benih tanaman unggul dari Indonesia, nantinya mereka pasti
beli benih dari kita. Kemudian produk kita dikenal oleh mereka, misalnya
mereka bilang beras kita enak, maka ke depan mereka bisa saja impor
beras dari Indonesia," jelas dia.
Namun, Niniek menekankan
bahwa manfaat ekonomi jangka panjang itu harus dikejar oleh kalangan
bisnis dan sektor swasta Indonesia.
Dia menyebutkan manfaat
jangka panjang lainnya adalah dukungan politik dari negara-negara Afrika
bagi Indonesia di berbagai forum internasional, misalnya dukungan bagi
upaya Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.
Terlepas dari manfaat yang bisa diperoleh Indonesia, kata Niniek,
program bantuan pengembangan kapasitas itu memang sudah komitmen
Indonesia untuk membantu negara-negara Afrika.
"Sejak KAA
(Konferensi Asia-Afrika) kita yang membuat mereka sadar bahwa
kemerdekaan harus direbut, lalu setelah merdeka maka itu harus diisi
dengan kesejahteraan," tutur dia.
Komitmen Indonesia
membantu negara-negara Afrika memang dijalankan secara konsisten, tidak
hanya sampai meraih kemerdekaan tetapi juga mengisi kemerdekaan dengan
kegiatan untuk menuju kesejahteraan.
Indonesia Bantu Negara Afrika Kembangkan Kapasitas Pertanian
Senin, 20 Maret 2017 16:07 WIB