Jakarta (Antara Kalbar) - Presiden Joko Widodo memastikan pembangunan infrastruktur pertanian mulai dari waduk, embung, hingga irigasi sekunder dan tersier akan berkelanjutan untuk menjamin ketersediaan air yang memadai bagi pertanian.
"Pertanian itu kuncinya di air, kalau airnya enggak ada darimana kita mau menanam?" kata Presiden Jokowi saat membuka Pekan Nasional Petani Nelayan ke-15/2017 di Stadion Harapan Bangsa, Gampong Lhong Raya, Banda Aceh, Provinsi Aceh, Sabtu.
Menurut Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden Bey Machmudin, Presiden Jokowi menyebutkan sebanyak 49 waduk besar yang tersebar mulai dari Sabang sampai Merauke tengah dibangun pemerintah.
"Banyak sekali, tapi yang paling banyak di Nusa Tenggara Timur karena di situ sangat membutuhkan," kata Presiden.
Presiden juga telah memerintahkan Menteri Pertanian serta Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk membangun embung-embung kecil. "Target kita tahun ini 30 ribu embung harus jadi," ucapnya.
Pemerintah menjanjikan pembangunan irigasi sekunder dan tersier akan tuntas pada 2017 sebagaimana yang dijanjikan Menteri Pertanian Amran Sulaiman tiga tahun lalu.
"Bagaimana masalah irgasi sekunder, tersier? Menteri Pertanian menyampaikan sampai saat ini sudah mencapai tiga juta hektare. Saya belum menghitung, Pak Menteri sudah menghitung. Kalau kurang, awas," kata Presiden Jokowi.
Presiden mengingatkan gubernur, wali kota, dan bupati untuk mulai mencari tanaman-tanaman unggulan di daerahnya yang memiliki harga jual yang baik. "Jangan kita ini terpaku pada tanaman-tanaman tertentu saja," ucap Presiden.
Kakao dan kopi adalah contoh dari komoditas yang memiliki harga jual yang baik. Untuk kakao misalnya, permintaan di dalam negeri tinggi tapi suplainya masih kurang. "Kopi harganya juga naik terus," ucap Presiden.
Presiden menceritakan pengalamannya saat dirinya tinggal di Aceh di mana hampir setiap pagi menikmati kopi gayo. "Karena kopi gayo enak sekali," ucap Presiden.
Tapi, Presiden meyakini di daerah lain pun banyak terdapat kopi yang sangat spesial dan memiliki harga yang sangat bagus. "Kenapa ini tidak kita tanam, kenapa ini tidak kita remajakan?" ucap Presiden.
Komoditas lain yang disebut Presiden adalah mete. "Mete itu harganya juga baik. Kenapa tidak kita tanam?" tuturnya.
Pada awal sambutannya, Presiden menyampaikan rasa bahagianya dapat bertemu dengan petani dan nelayan. "Saya memang sudah nunggu-nunggu untuk datang di acara ini, supaya bisa bertemu dengan bapak-bapak dan ibu-ibu dan saudara-saudara sekalian.
Saat kita kecil, sering mendengar nasehat, kalau nggak ada petani yang bekerja keras mau makan apa? Kalau tidak ada nelayan yang bekerja keras mau makan ikan apa?
Makanya kita semuanya harus sayang pada petani dan sayang pada nelayan," ujar Presiden.
Harga Jagung
Presiden mengatakan tidak dapat melupakan kunjungan kerjanya ke Kabupaten Magetan, Jawa Timur, dan Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, saat petani marah dan berkeluh kesah mengenai rendahnya harga jagung yang saat itu yang berada di kisaran Rp1.500-Rp1.700 per kg.
"Pak, kita rugi besar karena harganya jatuh. Kenapa jatuh? Karena impornya besar," ucap Presiden menirukan keluhan petani.
Saat itu impor jagung sebanyak 3,6 juta ton. Mengetahui ada impor sebanyak itu, Presiden memerintahkan Menteri Pertanian untuk tidak ada lagi impor jagung dalam waktu lima tahun.
Dua tahun setelah itu, pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden terkait harga jagung. "Harga yang kita tetapkan saat itu Rp2.700 per kg. Betul Pak Menteri?" tanya Presiden.
Dengan Inpres tersebut, petani bergairah untuk menanam jagung karena menguntungkan. Kini, pada akhir 2016 impor jagung tinggal 900.000 ton dari 3,6 juta ton.
"Ini kerja keras petani, petani jagung dan harganya sudah naik. Dan kita harapkan tahun ini sudah tidak ada lagi impor yang namanya jagung karena tinggal 900.000 ton. Kalau dalam dua tahun yang 3,6 juta ton hanya jadi 900.000 ton. Tahun ini Insya Allah kita sudah tidak impor lagi karena sudah bisa dipenuhi oleh petani-petani kita dari dalam negeri," ucap Presiden.
Dalam kesempatan itu, Presiden memanggil beberapa petani jagung dan kakao untuk menceritakan pengalamannya dan juga mendengarkan masukannya dan kepada mereka, Presiden memberikan hadiah sepeda.
Tampak mendampingi Presiden dan Ibu Iriana, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan Gubernur Aceh Zaini Abdullah.
(A039/N. Yuliastuti)