Kuching, Sarawak (Antaranews Kalbar) - Gayagayo, grup musik asal Gayo, Aceh, memperkenalkan tari Saman tradisional ke dunia internasional melalui ajang Rainforest World Music Festival (RWMF) di Kuching, Sarawak, 13 - 15 Juli 2018.
??? "Kami ingin menampilkan tari Saman yang sesungguhnya, yang berasal dari tanah Gayo," kata Trisha Rizky Rosaria, manajer Gayagayo di Kuching, Minggu.
??? Gayagayo tampil di "Tree Stage" di Sarawak Cultural Village, lokasi utama ajang RWMF pada Sabtu (14/7) malam. Ribuan penonton memadati tanah lapang yang berada di depan panggung tersebut.
??? Ada dua panggung utama di RWMF. Salah satunya Tree Stage, dan satunya Jungle Stage. Penampilan Gayagayo yang hanya mengandalkan bunyi tepukan di tangan dan tubuh tanpa dibantu alat musik apapun, membuat para penonton takjub.
??? Terlebih olah gerak tangan dan tubuh dari pinggang ke atas tanpa henti sepanjang penampilan mereka di atas panggung.
??? Bahkan grup musik Yallah Bye asal Tunisia yang juga tampil di RWMF 2018, secara khusus mendatangi personel Gayagayo untuk menyampaikan kekaguman mereka.
??? Trisha menjelaskan, sebelum tampil mereka telah menyiapkan diri secara khusus agar hasilnya maksimal. Tari Saman yang ditampilkan bersifat tradisional, yakni tidak dibantu alat musik apapun.
??? Satu bulan sebelum Ramadhan lalu, telah disiapkan komposisi gerak dan lirik. "Ada ribuan lirik yang sudah diciptakan para `ceh`, ketua barisan Saman, yang sudah turun temurun sejak 400an tahun lalu. Jadi kami mencari lirik yang pas serta komposisi geraknya," ujar dia.
Selama Ramadhan, mereka berhenti berlatih dan baru melanjutkan kembali satu minggu setelah Lebaran.
"Kami berlatih terus setiap hari dan sampai menjelang tampil tadi malam," kata wanita asal Malang, Jatim ini.
Gayagayo secara resmi terbentuk pada 2014. Personelnya asal dataran Gayo di Provinsi Aceh yang kuliah di Jogjakarta dan Solo, Jawa Tengah.
Personel Gayagayo telah berganti beberapa kali karena ada yang sudah selesai kuliah dan kembali ke daerah asal.
Trisha menjelaskan, Saman tradisional harus dimainkan oleh kaum pria dan berjumlah ganjil. Cikal bakal Gayagayo sudah mulai muncul pada sebelum tahun 2000.
Menurut Trisha, ada kekhawatiran tari Saman asal dataran tinggi Gayo akan hilang karena minimnya ketertarikan kalangan muda untuk mempelajarinya terutama di daerah perkotaan.
"Sehingga muncullah Saman kontemporer yang memadukan tradisional ditambah dengan memainkan alat, untuk menarik minat kalangan muda di perkotaan," kata dia.
Herman, salah seorang personel Gayagayo mengatakan, sebuah kebanggaan dapat tampil di ajang sebesar RWMF. Selama ini ia tampil di dalam negeri terutama di daerah Jawa dan Bali.
"Kami bangga dapat mengenalkan Saman ke seluruh dunia," kata Herman.
Sementara itu Menteri Pariwisata, Seni, Budaya, Pemuda dan Olahraga Sarawak Datuk Haji Abdul Karim Rahman Hamzah mengatakan,
ada peningkatan dari jumlah kunjungan ke RWMF sebelumnya.
Ia mencontohkan pada hari pertama RWMF 2017, ada lima ribuan pengunjung yang hadir. "Tahun ini sekitar enam ribuan, belum termasuk yang ada di Damai Central, lokasi baru RWMF karena pengunjungnya tidak terdata, dan tidak perlu tiket," kata dia.
Sedangkan pengunjung di Sarawak Cultural Village, lokasi utama RWMF, harus menggunakan tiket sehingga terdata dengan baik.
Pada Sabtu (14/7) malam, kawasan Sarawak Cultural Village penuh sesak dengan pengunjung. Kondisi ini jauh lebih padat dibanding Jumat (13/7) malam.
Manajer Komunikasi Sarawak Tourism Board (STB) Gustino Basuan mengakui tahun ini ada kenaikan jumlah penonton di ajang tersebut.
Cuaca yang cerah, pelibatan sponsor yang dapat memperluas jangkauan promosi, serta beberapa terobosan baru ikut menambah jumlah pengunjung di ajang tersebut.