Pontianak (Antaranews Kalbar) - Sekda Kalimantan Barat, M Zeet Hamdy Ashovie mengatakan akan mengintensifkan pemantauan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 182 desa yang ada di Kalbar.
"Berdasarkan data dari BPBD Provinsi Kalbar, jumlah desa yang berpotensi tinggi terjadi karhutla apabila curah hujan berkurang dan yang telah dipetakan sebanyak 182 desa," kata M Zeet di Pontianak, Selasa.
Dia menjelaskan, dari 182 desa potensi karhutla tersebut, terbanyak di Kabupaten Ketapang yakni 45 desa, disusul Kabupaten Sintang 34 desa, Kubu Raya 18 desa, Kota Singkawang 17 desa, Kabupaten Sekadau l4 desa, serta desa-desa lainnya di Kabupaten Mempawah, Sanggau, Landak, Sambas, Bengkayang, Kapuas Hulu, Melawi, Kayong Utara dan Kota Pontianak.
"Karhutla merupakan bencana yang dampak cakupannya cukup luas untuk itu upaya penanganannya juga harus dilakukan secara komprehensif dengan perlibatan multipihak baik itu pemerintah, dunia usaha dan khususnya masyarakat," ujarnya.
Dia mengatakan berdasarkan informasi yang kami terima dari basil pantauan BMKG bahwa kondisi beberapa hari terakhir pada bulan Juli ini, potensi untuk tetjadinya karhutla pada tanggal 21 Juli 2018 yang lalu hampir merata di seluruh wilayah Provinsi Kalbar.
Sementara pantauan potensi terjadinya karhutla pada tanggal 22 Juli 2018 terpusat di 7 (tujuh) kabupaten yaitu Ketapang, Kayong Utara, Melawi, Landak, Bengkayang, Sanggau dan Sekadau.
Sementara informasi dari LAPAN pada tanggal 20 Juli yang lalu terpantau 23 titik api (hotspot) yang tersebar di 4 kabupaten yaitu 3 titik di Sambas, 7 titik di Sanggau, 1 titik di Sekadau dan 13 titik di Sintang.
Kemudian, untuk tanggal 22 Juli 2018, terpantau 12 titik hotspot dengan confidence 80 persen dengan titik terbanyak terdapat di Kabupaten Ketapang sebanyak 10 titik, 1 titik di Kabupaten Melawi den 1 titik di Kabupaten Landak.
Informasi hotspot bulanan tahun 2018 dari laman Sipongi Kementerian LHK diperoleh data peningkatan hotspot yang cukup signifikan, dimulai dengan 6 titik api pada bulan Januari, meningkat menjadi 64 titik api pada bulan Februari dan mencapai jumlah tertinggi pada bulan Juli ini yaitu 155 titik api.
"Data ini tentunya patut menjadi perhatian kita bersama untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi terjadinya karhutla dalam beberapa pekan mendatang," ingatnya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa penanganan karhutla di Provinsi Kalbar. dalam beberapa tahun terakhir cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan semakin menurunnya luas areal terbakar dalam 5 tahun terakhir.
Berdasarkan data dari Kementerian LHK pada tahun 2014 terdapat 3.556, 10 Ha lahan yang terbakar yang selanjutnya terus mengalami penurunan menjadi 3.191,98 Ha pada tahun 2015, 1.859 Ha pada tahun 2016, 761 H pada tahun 2017 dan terakhir 571 Ha pada tahun 201 data sampai dengan bulan Juli 2018.
"Dari sisi hotspot juga terjadi penurunan titik api yang cukup signiiikan dalam 5 tahun terakhir yaitu sebanyak 5.277 titik api pada tahun 2014, menjadi 2.724 hotspot pada tahun 2015, turun lagi menjadi 1.022 hotspot pada tahun 2016, semakin berkurang pada tahun 2017 menjadi 640 titik api dan data terakhir untuk tahun 2018 jumlah titik api mencapai 247 hingga bulan Juli 2018," kata M Zeet.