Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Kalbar Prijono memprediksikan tekanan harga pada momen Imlek dan Cap Go Meh 2019 masih dapat terkendali meskipun tetap terjadi inflasi sebagaimana pola tahunan.
"Sudah pola tahunan, setiap momen perayaan keagamaan dan tahun baru terjadi inflasi. Namun untuk momen Imlek tahun ini yang di dalamnya juga ada Cap Go Meh akan lebih terkendali," ujarnya di Pontianak, Kalimantan Barat, Selasa.
Ia menambahkan tekanan harga pada imlek tahun ini juga akan lebih rendah dari inflasi akhir tahun 2018 lalu.
"Saat Imlek 2016-2018 inflasi di Kalbar, rata-rata inflasi bulanan yang kadang jatuh di akhir Januari atau awal dan pertengahan Februari sebesar 0,42 persen," papar dia.
Prijono memaparkan ada pun komoditas yang selalu menyumbang inflasi pada perayaan kegaamaan tersebut meliputi udang basah, cabai rawit, jeruk, bawang putih, dan telur ayam.
"Tekanan dari tarif angkutan udara sebagaimana histori tahunan juga menyumbang inflasi. Komoditas yang secara historis tersebut sebagai penyumbang inflasi tentu menjadi perhatian," kata dia.
Prijono mengatakan pihaknya bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), pemerintah daerah, satgas pangan dan pihak lainnya terus menguatkan upaya menekan inflasi di Kalbar.
"Untuk TPID sendiri itu bergerak di tataran suplai. Upaya suplai dari kebutuhan masyarakat diperhatikan. Bulog dengan komoditas yang dijualnya akan turun dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Kita juga bahkan membuat demplot untuk suplai seperti cabai dan lainnya. Kita terus berkoordinasi dengan Satgas Pangan agar tidak ada penimbunan dan tindakan melawan hukum lainnya," jelas dia.
Menurutnya, pemetaan inflasi di Kalbar terus diperkuat, kontribusi dan frekuensi komoditas yang berpotensi meningkatkan inflasi terus dipantau.
"Ada empat dimensi yang dilihat dari komoditas yang menyebabkan inflasi yakni dimulai dari pasokan, distribusi, keterjangkauan harga, dan komunikasi," papar dia.