Singkawang, Kalbar (ANTARA) - Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Singkawang mencatat 105 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga Oktober 2019. Bahkan dua diantaranya meninggal dunia.
"Dari angka ini, dua anak di antaranya meninggal dunia, yang mana satu anak duduk dibangku TK dan satu anak duduk dibangku SD," kata Kepala Seksi Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Singkawang, Mursalin, di Singkawang, Sabtu.
Dia mengatakan dua anak yang meninggal dunia merupakan warga Kelurahan Sungai Rasau dan Roban.
"Untuk di Kelurahan Sungai Rasau, kita sudah melakukan upaya penindakan seperti turun ke lapangan melakukan penyelidikan epidemiologi, melakukan 'fogging' (pengasapan), dan pemberian bubuk abate di setiap penampungan air bersih," ujarnya.
Terkait dengan korban meninggal dunia di Kelurahan Roban, pihaknya saat ini sedang melakukan penyelidikan guna menentukan tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Selama ini, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Singkawang sudah melakukan upaya-upaya pencegahan guna menekan penyebaran DBD, terutama di musim penghujan sekarang ini.
"Di antaranya, pemberian bubuk abate dalam setahun sebanyak empat kali kepada daerah-daerah yang memang rawan penularan DBD, melakukan penanganan terhadap kasus seperti penyelidikan epidemiologi serta 'fogging' apabila diperlukan," ungkapnya.
Pihaknya juga telah menggalakkan gerakan satu rumah satu jumantik di beberapa kelurahan dan kecamatan.
"Gerakan ini dimaksudkan untuk menggugah kesadaran masyarakat agar sadar untuk melakukan 3M, yakni Menguras, Menutup, dan Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air di rumahnya masing-masing agar tidak menjadi tempat nyamuk bertelur," ungkapnya.
Hal itu ditekankan dia, mengingat curah hujan di Kota Singkawang akhir-akhir ini cukup tinggi sehingga dikhawatirkan penyebaran virus DBD juga akan ikut meningkat.
"Karena yang paling utama untuk mencegah penularan DBD adalah 3M yang dilakukan masyarakat sendiri di rumahnya masing-masing," katanya.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Singkawang, Djoko Suratmiarjo, mengatakan DBD merupakan penyakit endemik.
"Artinya tidak ada satu kabupaten/kota pun di Indonesia yang bebas dari DBD sehingga gerakan satu rumah satu jumantik perlu dilakukan guna memberantas sarang nyamuk dengan mengajak seluruh masyarakat untuk berperan aktif dalam mencegah perkembangbiakan nyamuk," katanya.
Khusus daerah yang selalu ada kasus DBD, disarankannya untuk selalu menggalakkan gerakan 3M apabila memasuki musim hujan.
Di samping itu, abatisasi dalam setahun empat kali mengingat abate hanya efektif sampai tiga bulan.
"Pemberian abatasisasi ini kita gunakan para kader, karena sasarannya bukan hanya pada rumah tapi juga sekolah-sekolah," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Singkawang, Achmad Kismed, mengingatkan kepada masyarakat bahwa untuk saat ini apabila ada anggota keluarganya yang mengalami demam dan panas tinggi segera dibawa ke puskesmas.
"Jangan diberikan obat yang dijual di pasaran. Segera dibawa ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan," katanya.
Jika memang dicurigai demam berdarah, katanya, maka cepat ditanggulangi.
"Jangan sampai menunggu anak sudah berat (Shock Syndrome) baru dibawa ke puskesmas. Sudah terlambat, sehingga susah penanganannya," ujarnya.
Masyarakat Singkawang juga diimbau menggalakkan gerakan 3M plus. Jika memang ada jentik-jentik di tempat penampungan air segera lakukan pengurasan.
Selain itu, katanya, dilakukan penguburan barang-barang bekas yang dapat menampung air yang kiranya dapat menjadi tempat nyamuk bertelur, dan menutup tempat-tempat penampungan air.
"Dan bila perlu ditambahkan dengan bubuk abate. Kalau tidur gunakanlah kelambu," ujarnya.