Jakarta (ANTARA) - Program desa wisata yang sedang bergaung di sejumlah daerah itu merupakan hal yang positif dan sangat potensial untuk dijadikan sebagai alternatif dari destinasi atau tujuan utama dari berbagai lokasi pariwisata Tanah Air.
"Jika ada destinasi super prioritas semestinya harus ada destinasi alternatif. Desa wisata adalah destinasi alternatif yang menjadi penyangga dari destinasi prioritas tersebut," kata Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda, dalam rilis di Jakarta, Senin.
Untuk itu, ujar dia, berbagai pihak termasuk pelaku usaha pariwisata hingga BUMN juga harus membantu terlaksananya desa wisata.
Baca juga: Legislator Hanura dorong desa wisata di kawasan Bukit Tilung
Politisi PKB itu berpendapat bahwa para wisatawan terkadang tidak mampu bertahan lama di destinasi utama dan merasa jenuh, sehingga mencari alternatif hiburan lainnya.
"Intinya harus ada kolaborasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, jangan saling menegasi," ucapnya.
Sebagaimana diwartakan, sejumlah pemerintah daerah di Tanah Air juga telah mempersiapkan dan menerapkan konsep desa wisata yang sedang gencar didorong oleh pihak pemerintahan saat ini.
Misalnya, Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, dikabarkan tengah menyiapkan satu desa wisata baru di Kecamatan Kiarapedes untuk menambah keberadaan desa wisata di daerah tersebut.
"Desa wisata di Purwakarta baru ada satu, yakni Kampung Tajur, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong. Kami berencana menambah satu desa wisata lagi," kata Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata dan Kebudayaan setempat Irfan Suryana, di Purwakarta, Minggu (16/2).
Baca juga: Program inovasi Desa Sendoyan sasar pengembangan potensi wisata Batu Layar
Ia mengemukakan, desa wisata itu sendiri dibentuk sebagai bagian dari upaya mengimplementasikan instruksi Kementerian Pariwisata terkait desa wisata sebagai destinasi wisata.
Menurut dia, keberadaan desa wisata di Kampung Tajur selama ini cukup positif. Perekonomian masyarakat tumbuh seiring dengan tingginya pengunjung desa wisata itu.
Sementara itu, Pemerintah Aceh berkolaborasi dengan Atsiri Research Center Universitas Syiah Kuala (ARC Unsyiah) dan elemen lainnya, untuk mengembangkan desa wisata nilam yang telah dibangun di Desa Ranto Sabon, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya.
“Pemerintah Aceh melalui Disbudpar, pada tahun 2020 ini telah menyiapkan program pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung beroperasinya desa wisata nilam di Aceh Jaya,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Jamaluddin di Banda Aceh, Rabu (5/2).
Baca juga: Kalbar dorong pembentukan desa wisata unggulan
Ia menjelaskan melalui program tersebut masyarakat desa setempat akan diedukasi, sehingga mereka menjadi masyarakat sadar wisata, baik untuk menjaga kebersihan desa, melayani pengunjung dan juga bersikap ramah.
Jamal mengatakan tersedianya SDM mumpuni di bidang pariwisata merupakan komponen penting suksesnya desa wisata.
Sebelumnya, Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta akan menggarap beberapa desa wisata di daerah itu sebagai upaya mendatangkan wisatawan baik domestik maupun internasional.
"Terkait dengan penyiapan konsep itu, tentu kami basisnya desa wisata untuk mencoba beberapa kegiatan yang menyangkut bagaimana menghadirkan wisata internasional," kata Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo di Bantul, Minggu (2/2).
Baca juga: Promosikan wisata di desa, Bupati Muda minta millenial jadi buzzer
Baca juga: Mahasiswa Untan promosikan wisata Temajuk lewat media sosial
Baca juga: Kubu Raya dorong pemerintah desa bentuk desa wisata
Desa wisata berpotensi jadi alternatif destinasi utama pariwisata
Senin, 2 Maret 2020 11:01 WIB