Pontianak (ANTARA) - Masjid Enterprise, sebuah lembaga baru yang hadir tahun ini di Provinsi Kalimantan Barat menawarkan gagasan baru dalam dunia dakwah, khususnya dalam bidang pengelolaan masjid untuk menjadi pusat peradaban.
"Berbagai konsep baru dalam strategi pengelolaan masjid kami perkenalkan baik itu lewat pergelaran seminar maupun pelatihan," ujar Gun Mayudi, salah satu Founder Masjid Enterprise di Pontianak, Senin.
Ia menjelaskan bahwa konsep-konsep baru yang pihaknya tawarkan yang disampaikan lewat pelaksanaan seminar dan pelatihan telah diikuti ribuan peserta.
"Alhamdulillah, konsep dan strategi baru yang kita tawarkan mendapat antusias dari masyarakat luas. Sudah ada ribuan peserta yang mengikuti kegiatan seminar kami," jelasnya.
Konsep baru yang dihadirkan dalam seminar dan pelatihan berkaitan tentang masjid pusat peradaban, masjid sahabat manusia, masjid lestari, masjid romantis, masjid Tlyransformer, masjid borderless, kepemimpinan masjid berbasis pesantren, kepengasuhan, tarbiyah dan pergerakan masjid, ziswafbillionaire, kencelengan raksasa, Baitulmaal No Tamwil dan hingga UTM (Unit Tijaarah Masjid).
Menurutnya, kegiatan seminar itu digelar dengan mengkombinasikan platform komunikasi digital. Sementara yang mengikuti pelatihan ada ratusan orang yang berasal dari berbagai pelosok di nusantara, dari Aceh sampai Papua. Bahkan ada lima pengurus masjid yang berasal dari Australia dan Qatar.
"Para pengurus masjid sangat antusias mengikuti pelatihan yang kami gelar. Saat ini kami baru membuka pelatihan basik atau dasar, angkatan I. Jumlah pesertanya sekitar 250 peserta, 70 persen di antaranya adalah pengurus masjid," jelas Gun Mayudi.
Masjid solusi resesi
Sementara itu, salah seorang pengasuh dan coach di lembaga tersebut Beni Sulastiyo menjelaskan bahwa masjid bisa menjadi salah satu elemen strategis yang dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan resesi seperti saat ini.
Ia mencontohkan, Masjid Kapal Munzalan. Masjid yang berkedudukan di Kabupaten Kubu Raya itu saat ini telah berhasil menyelenggarakan sebuah gerakan infaq yang sangat massif. Gerakan infaq itu dinamai Gerakan Infaq Beras (GIB).
Menurut Beni Sulastiyo, GIB dapat memberikan solusi konkrit dalam skala nasional.
Gerakan yang diinisiasi oleh Ustaz Luqmanulhakim ini, menurutnya mampu menyuplai kebutuhan beras setiap hari untuk lebih dari 200.000 anak yatim dan santri di seluruh Indonesia.
Jumlah penerima manfaat sebanyak itu setara dengan jumlah penduduk di sebuah kabupaten/ kota kecil di luar Pulau Jawa.
"Itu baru satu masjid. Padahal di Indonesia ada 800.000 masjid. Jika 10 persen saja bisa bergerak, Insyaallah persoalan kemiskinan dan pengangguran akibat resesi di negeri ini bisa diselesaikan dengan mudah," ujar Beni.
Beni menambahkan persoalan resesi dan potensi masjid yang besar itu adalah dua faktor utama yang mendorong lahirnya Masjid Enterprise.
"Inisiator pendirian lembaga ini adalah aktivis dakwah nasional, seperti Ustaz Luqmanulhakim, Ustaz Rendy Saputra, H M. Nur Hasan dan Ustaz Adi Pratama Larisindo.
Lewat lembaga ini kami berharap masjid-masjid di Indonesia dapat berkembang menjadi masjid makmur-berlimpah dan memberikan berkah bagi masyarakat, bangsa dan negara," jelasnya.
Baca juga: Baznas Kalbar bantu solar cell Masjid Amalul Hasan Sengkuang Kapuas
Baca juga: Bupati Kubu Raya minta pengurus masjid sosialisasikan protokol kesehatan
Baca juga: Polisi dalami kasus penusukan Syekh Ali Jaber