Jakarta (ANTARA) - Bertepatan dengan peringatan Hari Dokter Nasional setiap 24 Oktober, para tenaga kesehatan mengingatkan Anda untuk mematuhi protokol kesehatan yakni mengenakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan (3M) serta tak lupa menjaga kesehatan kulit.
Dokter Siti Rosidah bersama dua koleganya Fransisca Y. dan Reci Maulita yang tergabung dalam tim COVID-19 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Tanjung Priok meminta masyarakat tidak menganggap sepele penyakit yang tergolong baru di dunia itu.
"COVID-19 itu nyata jangan dianggap sepele, masyarakat tetap harus patuhi protokol 3M dan stay at home," kata mereka kepada ANTARA melalui pesan elektroniknya.
Saat ini banyak informasi yang beredar mengenai COVID-19 di berbagai media, termasuk media sosial. Para dokter berharap masyarakat bisa mencari informasi dari sumber yang valid dan bersikap kritis sehingga tak mudah percaya isu salah atau hoaks yang beredar.
Dokter spesialis paru di RSUP Persahabatan, Erlina Burhan pernah mengatakan, hoaks sendiri menjadi salah satu masalah di tengah penanggulangan COVID-19 di Indonesia. Menurut dia, informasi media sosial separuhnya berisi hoaks, salah satunya mengenai risiko tertular COVID-19 di rumah sakit.
Informasi yang salah ini membuat orang takut dan tidak mau datang ke rumah sakit karena takut tertular COVID-19. Padahal menolak pengobatan bisa berdampak buruk pada mereka yang sudah mempunyai penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung dan lainnya. Akhirnya, banyak dari mereka yang meninggal di rumah karena tidak mendapatkan pengobatan.
Di lain sisi, dokter spesialis kulit sekaligus direktur medis di Klinik Dermalogia, Arini Astasari Widodo, mengingatkan Anda menjaga kesehatan kulit sebagai salah satu upaya menjauhkan diri terhadap infeksi, alergen, iritan hingga penyakit COVID-19.
"Kulit merupakan organ terluar dan merupakan barrier pertama pertahanan tubuh terhadap alergen, iritan, dan infeksi. Kulit juga merupakan organ terluas dari tubuh kita, sehingga apabila kesehatan kulit terganggu, tentu akan memengaruhi kesehatan secara keseluruhan," ujar dia dalam diskusi bersama media, Jumat (23/10) malam.
Menurut dokter yang juga dosen di UKRIDA itu, barrier kulit sangat efektif hingga jika COVID-19 menempel pada tangan lalu Anda segera mencuci tangan, maka Anda tak akan terkena penyakit itu.
"COVID-19 kalau menempel di tangan, kita tidak akan terjangkit, tinggal cuci tangan kemudian virus dapat inaktif. Kenapa? karena barrier kulit sangat efektif," kata Arini.
Pesan untuk kolega dan pemerintah
Arini berdoa untuk kesehatan para koleganya yang terus berjuang sekaligus berterima kasih karena sudah sepenuh hati mengabdikan diri kesehatan masyarakat dan tetap memegang sumpah dokter.
Walau di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini, para dokter dari RSUD Koja berharap para kolega mereka tetap kuat dan mengendalikan stres dengan berpikir positif.
"Stay strong karena perkerjaan kita adalah panggilan yang tidak semua orang bisa mendapatkan posisi atau kesempatan untuk melayani pada masa pandemi. Stay healthy and stay away from stressed, keep up a positive mind, You're not walking alone," ujar Fransisca.
Di sisi lain, Reci mengatakan, para dokter terus belajar meningkatkan keilmuan sesuai bidang masing-masing termasuk dari pengalaman kasus yang mereka temui di lapangan.
Tak hanya dokter, usaha penanggulangan COVID-19 di Indonesia juga membutuhkan dukungan dari pemerintah antara lain dalam edukasi untuk memastikan masyarakat paham, peningkatan kegiatan 3T (tracing, testing dan treatment), hingga dana riset untuk pengembangan terapi COVID-19 agar angka mortalitasnya bisa turun.
"Seharusnya ada aplikasi dana untuk peningkatan research dan development dalam bidang fasilitas kesehatan khususnya dalam pengembangan terapi COVID-19 di Indonesia supaya bisa menurunkan mortalitas atau kematian karena COVID-19," demikian ujar Rosidah yang juga berharap SDM dan fasilitas di bidang kesehatan diperbanyak agar layanan kesehatan bisa mencakup seluruh pasien yang ada di Indonesia.
Hari Dokter Nasional ditetapkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tahun 1950 untuk menghargai jasa-jasa para dokter kepada masyarakat dan kehidupan individual mereka. Biasanya para tenaga kesehatan memperingatinya melalui kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan dan kedokteran, seperti pengobatan gratis, senam sehat, konsultasi kesehatan gratis, dan berbagai jenis kegiatan lainnya.