Pontianak (ANTARA) - Sekretaris Daerah (Sekda) Kalbar, A.L. Leysandri mengatakan bahwa dalam kunjungan Perwakilan perdagangan Federasi Rusia ke Kalbar, satu di antara yang menjadi minat negara tersebut yakni potensi investasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalbar.
"Dari pemaparan Perwakilan perdagangan Federasi Rusia mereka lebih kecenderungannya ke bidang energi listrik. Mereka melihat potensi air kita yang ternyata ada dan bisa menghasilkan sekitar 300-an MW,"ujarnya di Pontianak, Senin.
Ia menyebutkan potensi PLTA di Kalbar tersebut yakni di dua kabupaten yakni di Putusibau, Kapuas Hulu dua titik dan di Ambalau, Kabupaten Sintang.
"Potensi sumber air untuk PLTA di Nanga Balang, Putussibau itu 133 MW dan Beringin Jaya 147 MW serta Ambalau, Sintang 100 MW," kata dia.
Ia mengatakan investasi dari luar termasuk dari Rusia selama menguntungkan masyarakat dan darah tentu disambut baik.
"Untuk PLTA juga menjadi catatan bahwa sepanjang kawasan hutan dijaga dan pemerintah kabupaten yang memiliki kawasan itu menjaga dengan baik bersama masyarakat setempat saya pikir tidak masalah. Sekarang ini kan kita bisa menjadi tempat menghasilkan listrik mikro hidro. Namun hutan dijaga agar airnya tidak kering,"katanya.
Terkait potensi lainnya, investasi pembangunan infrastruktur di Kalbar juga masih terbuka lebar seperti jalan dan rel kereta api terutama ke arah Putussibau, Kapuas Hulu yang jaraknya mencapai 100 kilometer dari ibu kota provinsi Kalbar.
"Bidang pertambangan juga masih banyak. Antimoni contohnya di Kalbar belum investasi antimoni. Itu energi mineral yang cukup baik untuk ke depan. Namun mereka nanti melihat apa yang menjadi nilai ekonomis bagi negaranya," katanya.
Bidang pertanian menurutnya juga masih terbuka lebar terutama subsektor pangan dalam pengembangan food estate atau kawasan sentra pertanian atau pangan.
"Investasi pengembangan beras premium melalui food estate sangat terbuka lebar. Belum lagi jagung untuk pakan ternak, keladi hitam dan porang untuk industri. Kita berharap dengan kunjungan ini Kalbar bisa menjadi prioritas investasi Rusia," katanya.
Sementara itu, Perwakilan perdagangan Federasi Rusia Sergei Rossomakhov mengatakan bahwa meski Rusia dan Indonesia bukan mitra dagang utama namun aktivitas ekspor dan impor sudah berjalan baik dan terus akan ditingkatkan.
Pada 2020, tambahnya, tercatat perdagangan Rusia dan Indonesia sebesar 2,5 miliar dolar AS. Ekspor Rusia ke Indonesia sebesar 600 juta dolar AS sedangkan Impor Rusia ke Indonesia 1,9 jmiliar dolar AS.
Ia menyebutkan sejauh ini impor Rusia dari Indonesia berupa CPO dan turunannya, mesin peralatan, sepatu, industri coklat dan lainnya. Sedangkan ekspor Rusia ke Indonesia berupa pupuk, BBM, peralatan mesin dan lainnya.
"Kita saat ini meski belum menjadi investor besar namun sudah masuk ke proyek besar seperti ke BUMN yakni Petrokimia dan Pertamina. Nilai investasi kita di Indonesia sekitar 15 miliar dolar AS," sebutnya.
Terkait hasil pemaparan dan laporan Provinsi Kalbar, investasi Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti untuk PLTA menurutnya potensi besar.
"Potensi PLTA di Kalbar lumayan besar. Kami saat ini dengan Kementerian ESDM juga telah dan terus bekerjasama. Kami Rusia sangat berpengalaman dan paham soal EBT termasuk soal Pembangkit Tenaga Nuklir atau PLTN," jelasnya.
Pihaknya juga meyakinkan Rusia juga telah berpengalaman dalam pertambangan dan pembangunan infrastruktur.
"Semoga kerjasama terbangun dan terealisasi ke depan. Informasi potensi juga akan kita sampaikan dengan pelaku usaha di Rusia," katanya.
Rusia lirik potensi PLTA Kalbar di Sintang dan Kapuas Hulu
Senin, 5 April 2021 14:53 WIB