Jakarta (ANTARA) - Piala Eropa 2020 akan segera digelar pada 11 Juni s.d. 11 Juli 2021 diikuti 24 negara, setelah tertunda satu tahun lamanya karena pandemi.
Kendati pandemi belum juga reda, UEFA dengan segala upaya bisa mendapat lampu hijau menghadirkan belasan hingga puluhan ribu suporter dengan protokol ketat di 11 stadion yang tersebar di 11 kota di seluruh Eropa.
Kehadiran para suporter masing-masing negara maupun wisatawan penikmat sepak bola umum EURO 2020 akan menjadi saksi sejumlah tim membuktikan ambisinya maupun kesempatan bagi beberapa tim lainnya menyemai bibit kejutan kompetisi.
Berikut adalah beberapa negara yang bisa digolongkan sebagai unggulan dan calon kejutan.
Prancis
Tiba berstatus juara dunia, tim besutan Didier Deschamps jelas merupakan unggulan pertama kompetisi ini.
Selain keberadaan salah satu talenta sepak bola terbaik di dunia saat ini, Kylian Mbappe, Les Bleus juga punya rekam jejak sebagai negara pertama yang menjuarai EURO dua tahun setelah menjuarai Piala Dunia, yakni pada 2000.
Keputusan Deschamps menyudahi perang dingin dengan penyerang Real Madrid Karim Benzema juga membuat Prancis jadi skuad yang punya kombinasi pemain berpengalaman dengan sederet talenta paling cemerlang di dunia saat ini.
Keberadaan mereka di Grup F, yang disebut-sebut sebagai grup neraka karena tergabung bersama Portugal dan Jerman di dalamnya harus dilihat sebagai kesempatan ketimbang hambatan. Sebab bila mulus lolos, Prancis praktis akan menyingkirkan salah satu tim kuat Eropa lainnya.
Inggris
Saking masifnya popularitas Liga Premier Inggris, The Three Lions selalu saja disemati status sebagai tim unggulan hampir di tiap turnamen internasional yang mereka ikuti.
Sayangnya, status unggulan itu selalu berakhir dengan hasil yang kurang menyenangkan. EURO 2020 sekali lagi membuat Inggris di mata sebagian pihak sebagai unggulan.
Salah satunya tentu karena Inggris secara informal boleh jadi merupakan tuan rumah paling utama dari turnamen ini, mengingat Stadion Wembley di London bakal kebagian jatah menyelenggarakan paling banyak pertandingan yakni total 8 laga.
Tiga pertandingan Inggris di Grup D, dua laga 16 besar, serta semua pertandingan semifinal dan partai final akan dimainkan di Wembley.
Semua itu jadi beban yang teramat berat bagi Gareth Southgate dan jika Harry Kane dkk. bisa mengatasinya, itu tentu akan menjadi kejutan manis bagi kampung halaman sepak bola modern tersebut.
Belgia
Sejak kemunculan berbagai bintang medio 2013, Belgia sudah delapan tahun terakhir dianggap memiliki generasi emas dalam sepak bola mereka.
Sayangnya, tak seperti Spanyol yang generasi emasnya menghasilkan juara beruntung EURO 2008, Piala Dunia 2010 dan EURO 2012, generasi emas Belgia terhenti tanpa satu pun kilau medali emas.
Eden Hazard mungkin tak lagi jadi pandu generasi emas dan perannya akan tergantikan oleh Kevin de Bruyne dan Romelu Lukaku, tapi Belgia tetaplah salah satu kekuatan yang harus diperhitungkan.
Buktinya, Belgia adalah tim pertama yang meloloskan diri ke babak utama EURO 2020 dan menjadi satu dari dua tim yang menyapu bersih semua pertandingan fase kualifikasi.
Di babak utama, Belgia juga mendapat Grup B yang relatif mudah hanya berisikan Denmark, Finlandia serta Rusia. Yang tak boleh terulang adalah kepongahan Belgia di edisi sebelumnya ketika mereka dijungkalkan tim debutan, Wales.
Dan pertanyaan berikutnya adalah apakah Roberto Martinez bisa menduplikasi kesuksesan De Bruyne mengantarkan Manchester City ke final perdana Liga Champions dan Lukaku mematahkan kekuatan hegemoni di Serie A.
Italia
Setelah kekecewaan absen dari Piala Dunia 2018, Gli Azzurri mengalami periode revolusioner di bawah kepelatihan Roberto Mancini.
Hasil mengecewakan di UEFA Nations League 2018/19 dibayar lunas oleh Mancini dengan 24 rentetan pertandingan nirkalah, termasuk di dalamnya sapu bersih fase kualifikasi EURO 2020.
Hal itu dibarengi dengan pengorbitan sejumlah nama anyar seperti Nicolo Barella dan Manuel Locatelli di dalam skuad Italia yang siap jadi pusat perhatian dalam EURO 2020.
Italia juga mendapat grup yang relatif mudah yakni Grup A bersama Swiss, Turki dan Wales, sehingga bisa memanaskan mesin lebih matang demi membangkitkan reputasi mereka sebagai salah satu kiblat sepak bola Eropa.
Belanda
Belanda selalu mengalami pasang surut dalam kompetisi internasional dan malah absen dari EURO 2016 dan Piala Dunia 2018.
Harapan kebangkitan Belanda sempat mencuat ketika tampil sebagai runner-up UEFA Nations League 2018/19.
Sayangnya hasil menjanjikan itu kemudian diikuti pembajakan Ronald Koeman dari kursi pelatih oleh Barcelona dan kini tim Oranje didampingi oleh Frank de Boer, pelatih lain yang belum terbukti di level timnas.
Absennya kapten utama mereka, Virgil van Dijk, bisa menjadi hal krusial tapi Matthijs de Ligt bisa menjadikan EURO 2020 ajang pembuktiannya sebagai calon kapten masa depan.
Belanda jelas unggulan utama Grup C di mana mereka tergabung bersama Austria, Ukraina dan tim debutan Makedonia Utara. Tapi untuk bisa meraih hasil lebih jauh, bakal menjadi capaian yang cukup mengejutkan bagi mereka.
Spanyol
Luis Enrique hampir tak punya sisa peninggalan generasi emas La Furia Roja yang merajai sepak bola internasional 2008-2012, hanya Sergio Busquets dan Jordi Alba.
Busquets yang mengemban ban kapten itu pun harus diliputi tanda tanya lantaran kedapatan positif COVID-19 hanya sepekan sebelum EURO 2020 bergulir.
Amunisi Enrique tinggal mengandalkan bintang generasi baru seperti Rodri Hernandez, Dani Olmo dan Ferran Torres yang diharapkan mendapat tuntunan cukup dari pemain senior seperti Cesar Azpilicueta maupun David de Gea.
Satu calon bintang lain ada di skuad spanyol yakni Pedri, gelandang Barcelona berusia 18 tahun yang disebut-sebut calon penerus Andres Iniesta.
Spanyol pastinya lebih diunggulkan dibandingkan Polandia, Slovakia maupun Swedia di Grup E. Hanya saja Tim Matador wajib waspada rasa jemawa agar tidak kecewa seperti di 2018.
Jerman
Ini akan menjadi turnamen terakhir Jerman bersama Joachim Loew, yang bakal digantikan mantan asistennya Hansi Flick selepas musim panas.
Sentuhan magis Loew yang membawa Jerman juara Piala Dunia 2014 seolah habis ketika mereka terhenti di fase grup empat tahun berselang dan hasil nirmenang di UEFA Nations League 2018/19 serta kekalahan telak 0-6 lawan Spanyol di laga persahabatan.
Catatan-catatan hitam itu bahkan memaksa Loew memanggil kembali Thomas Mueller yang pada 2018 lalu terdepak dengan alasan peremajaan Tim Panzer.
Berada di Grup F yang merupakan grup neraka bersama juara dunia Prancis dan juara bertahan Portugal, jelas akan menjadi tantangan berat bagi Jerman-nya Loew.
Tapi itu juga membuka kesempatan bagi Loew untuk menciptakan hadiah perpisahan termanis untuk negaranya.
Portugal
Berstatus juara bertahan turnamen, reputasi Portugal sebagai sebuah tim selalu kalah besar dari megabintangnya Cristiano Ronaldo. Sesuatu yang sudah jadi rahasia umum selama lebih dari satu dasawarsa terakhir.
Portugal juga tiba dengan status juara bertahan UEFA Nations League, walau status itu sudah pasti luntur setelah gagal masuk ke babak empat besar.
Bisa jadi ini akan menjadi penampilan terakhir Ronaldo di Piala Eropa, selain pembuktian individual tentunya pemain berusia 36 tahun itu berkesempatan untuk menyerahkan tongkat estafet ke adik-adiknya.
Bruno Fernandes yang di mata sebagian orang selalu demam panggung besar harus bisa memanfaatkan EURO 2020 membuktikan anggapan itu salah dan menerima tongkat estafet sebelum keduluan oleh Joao Felix.
Portugal menjadi bagian grup neraka, itu artinya jika bisa lolos mereka setidaknya akan menyingkirkan satu dari dua tim kuat dalam Prancis dan Jerman.