Shanghai (ANTARA) - Lima kota di provinsi Hubei, China, berstatus "siaga merah" setelah hujan sangat deras memutus aliran listrik dan menghancurkan rumah-rumah, media pemerintah melaporkan.
Akibat peristiwa itu hampir 6.000 warga terpaksa diungsikan.
Tim penyelamat telah dikerahkan ke daerah-daerah terdampak, termasuk kota Suizhou, Xiangyang dan Xiaogan, kata Kementerian Penanggulangan Darurat China.
Kota Yicheng mencatat 400 mm curah hujan pada Kamis (12/8).
Baca juga: China periksa kendali banjir di kereta bawah tanah
Baca juga: Tiga tewas dan tiga hilang ditelan banjir
Menurut media resmi China News Service, sebanyak 774 waduk di Hubei telah melampaui batas peringatan banjir pada Kamis petang.
Cuaca ekstrem di provinsi tengah itu telah merusak lebih dari 3.600 rumah dan 8.110 hektar lahan pertanian dengan total kerugian diperkirakan 108 juta yuan (sekitar Rp239,6 miliar), kata media milik negara China Daily mengutip biro penanggulangan darurat setempat.
China secara berkala mengalami banjir dalam bulan-bulan berhujan di musim panas, namun otoritas telah memperingatkan bahwa cuaca ekstrem kali ini akan lebih sering terjadi akibat perubahan iklim.
Sekitar 80.000 warga diungsikan di provinsi selatan Sichuan akhir pekan lalu dan rekor curah hujan di Henan bulan lalu menyebabkan banjir yang menewaskan lebih dari 300 orang.
Badan Meteorologi China memperingatkan bahwa badai petir besar kemungkinan akan berlangsung hingga pekan depan dan daerah di sepanjang sungai Yangtze rawan dilanda banjir.
Sumber: Reuters
Baca juga: Benarkah Indonesia bantu Rp224 miliar untuk tangani banjir China? Ini faktanya
Baca juga: Zhengzhou dilanda COVID varian Delta di tengah pemulihan bencana banjir
Baca juga: Lima hilang, korban tewas banjir Henan terus bertambah jadi 69 orang