Jakarta (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) sepanjang tahun 2021 berhasil melakukan rehabilitasi mangrove di lahan seluas 34.911 hektare, melampaui target cakupan rehabilitasi mangrove yang ditetapkan 33.000 hektare.
"Atas dukungan yang luar biasa bahwa realisasi capaian ini mencapai fisiknya 105 persen, jadi target 33.000 hektare ternyata menjadi 34.911 hektare," kata Deputi Pemberdayaan Masyarakat BRGM Gatot Soebiantoro dalam acara Refleksi Akhir Tahun BRGM di Graha Gamma BRGM, Jakarta, Kamis.
Baca juga: Tim PKM Untan edukasi warga pengelolaan lahan gambut secara partisipatif
Gatot menjelaskan bahwa semula rehabilitasi mangrove ditargetkan mencakup lahan seluas 83.000 hektare pada 2021 namun pandemi COVID-19 mendorong perevisian target menjadi 33.000 hektare.
Pemerintah menetapkan sembilan provinsi sebagai sasaran prioritas rehabilitasi mangrove, yakni Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua, dan Papua Barat.
Rehabilitasi mangrove selama tahun 2021 ditargetkan mencakup 29.500 hektare lahan di sembilan provinsi prioritas dan lahan seluas 3.500 hektare di 23 provinsi yang lain.
Baca juga: Daniel Johan : Kelola gambut untuk lingkungan dan ekonomi
Namun realisasinya program rehabilitasi mangrove mencakup lahan seluas 34.911,72 hektare selama tahun 2021.
Gatot menggarisbawahi beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan rehabilitasi mangrove, termasuk belum cukupnya keragaman spesies karena keterbatasan ketersediaan bibit dan kebutuhan untuk menyesuaikan pelaksanaan program dengan musim tanam.
Baca juga: Program restorasi gambut - mangrove di Kubu Raya berlanjut hingga 2026
Ia mengemukakan perlunya merancang penyediaan bibit untuk memastikan bibit sudah siap saat musim tanam tiba serta mempersiapkan penyediaan bibit-bibit bakau lokal.
Selain itu, Gatot menekankan pentingnya dukungan regulasi untuk melindungi lahan mangrove dari alih fungsi lahan.