Pontianak (ANTARA) - PT Dharma Inti Bersama (DIB) yang mengelola kawasan industri Pulau Penebang di Kabupaten Kayong Utara, hadir untuk meningkatkan kapasitas produksi aluminium Indonesia, sehingga mengurangi nilai impor yang pada 2024 masih mencapai 56 persen.
Direktur PT DIB Rasnius Pasariba, dalam silaturahmi media di Pontianak, Jumat malam menyatakan kebutuhan aluminium Indonesia saat ini mencapai 1,2 juta ton. Namun 56 persennya masih diperoleh melalui impor.
"Sehingga dengan adanya PT DIB yang akan menghasilkan aluminium, maka nanti akan mengurangi impor itu," katanya.
PT DIB bergerak di bidang pengolahan mineral, dengan membangun fasilitas smelter di Pulau Penebang, Desa Pelapis, Kabupaten Kayong Utara.
Sementara Manager External Relations Kawasan Industri Pulau Penebang, Seno Ario Wibowo, dalam menyatakan Indonesia adalah peringkat kelima cadangan bauksit terbesar di dunia. Nomor satu ada Guinea, disusul Vietnam, Australia, Brazil, Jamaica, dan Indonesia.
"Artinya kita lima besar negara yang memiliki cadangan bauksit terbesar," katanya.
Tetapi kebutuhan aluminium Indonesia, 56 persen masih dipenuhi melalui impor. Pemerintah kini melakukan program mobilisasi sehingga diharapkan sumber daya alam yang banyak dapat diberdayakan dan jangan sampai aluminium saja harus impor.
Selain itu, ia menambahkan, sejak Juni 2023, negara telah menetapkan melarang ekspor bauksit sebagai bahan mentah aluminium. Sehingga kini mulai banyak tumbuh industri pemurnian aluminium, sebagai bentuk hilirisasi dari bauksit tersebut.
Adapun rantai bisnis hilirisasi bauksit, dimulai dari penambangan, kemudian pemurnian, dilanjutkan dengan smelter atau peleburan. Sehingga menjadi produk aluminium yang nantinya diolah lebih lanjut pada industri manufaktur.
Seperti menjadi pesawat terbang, menjadi batere yang sekarang sedang digenjot dengan adanya industri mobil listrik. Dan tidak kalah penting untuk infrastruktur, saat ini juga banyak menggunakan aluminium. Kemudian untuk peralatan rumah tangga, seperti kusen pintu dan jendela banyak yang menggunakan material aluminium.
Termasuk peralatan dapur, kemasan makanan dan produk aluminium lainnya di dunia. "Tentunya dari proses bauksit hingga menjadi produk jadi ini akan mengalami peningkatan nilai yang cukup tinggi," katanya menjelaskan.
Kemudian dari sisi harga, bauksit saat ini kurang lebih 30 sampai 40 USD per ton. Kemudian jika diolah menjadi alumina, maka harga alumina saat ini di pasar dunia mencapai 400 USD sampai 450 USD. Artinya sudah mengalami peningkatan hampir 10 kali lipat nilainya. Belum lagi setelah diolah menjadi aluminium, ini belum aluminium yang diolah menjadi di manufaktur.
Itu masih berupa seperti aluminium timber atau batangan, kemudian aluminium dalam bentuk pipa dan lain sebagainya. "Itu nilai tambahnya harga jual aluminium dunia saat ini mencapai 2.700 bahkan pernah mencapai atas 3.000 (US dolar)," katanya lagi.
Artinya, ia menambahkan, total peningkatan nilai dari jika hanya menjual bauksit mentah dengan jika menjual aluminium, yang akan dilakukan oleh PT DIB itu hampir 60 sampai dengan 65 kali lipat. Dari sisi nilai ekonomi bauksit sangat luar biasa bermanfaat bagi negara, dan industri aluminium di masa depan.
Proyek Kawasan Industri Pulau Penebang, dimana PT DIB beroperasi merupakan proyek strategis nasional (PSN) yang ditetapkan pada tahun 2024, kemudian diperbarui tahun 2025, serta masuk dalam Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang. Proyek PSN adalah proyek yang dianggap penting oleh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Perusahaan tersebut berada di Desa Pelapis, Kecamatan Pulau Karimata, Kabupaten Kayong Utara.

