Sekadau (ANTARA) - Hadir dalam kegiatan agenda BKKBN untuk melakukan sosialisasi dalam rangka program Bangga Kencana dan percepatan penurunan stunting,
Anggota Komisi IX DPR RI, Alifuddin mengharapkan adanya pemerataan kegiatan sosialisasi khususnya terkait stunting, agar seluruh masyarakat Indonesia tahu apa itu stunting dan bahayanya stunting.
"Dengan hadirnya kami dari Komisi IX DPR RI ke Kabupaten Sekadau ini diharapkan adanya pemerataan kampanye dan sosialisasi stunting. Hal itu dimaksudkan agar masyarakat luas paham apa itu stunting. Sehingga masyarakat kita bisa hidup sehat dan terhindar dari stunting atau kekerdilan. Jadi orang kerdil belum tentu stunting, tapi stunting sudah pasti kerdil," kata Alifuddin di Sekadau, Sabtu.
Perlu diketahui, dampak tumbuh kembang pada anak yang terkena stunting itu di antaranya, anak menjadi lebih mudah sakit, kemampuan kognitif berkurang, postur tubuh tak maksimal saat dewasa, fungsi tubuh tidak seimbang dan ketika tua berisiko terserang penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas.
"Untuk itu kami menginginkan seluruh masyarakat memahami bahaya dan dapat terhindar dari kasus stunting," kata Alifuddin.
Sementara itu ikut hadir dalam kegiatan sosialisasi program Bangga Kencana dan stunting di Sekadau, Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN, Eni Gustina menjelaskan kegiatan sosialisasi itu sangat bermanfaat bagi BKKBN dalam menjalankan program, terutama penanganan stunting.
Menurut Eni, terjadinya kasus stunting itu sangat dipengaruhi prilaku kurang baik dari masyarakat. Ada tiga penyebab terjadinya stunting pada anak. Hal itu bisa karena iptek nya kurang, pola asuh tidak baik dan karena penyakit. Ketiga penyebab ini tidak semata-mata disebabkan oleh kemiskinan akan tetapi sebabkan pemberian pola makan pada anak.
"Orang tua sudah selayaknya memberikan kecukupan makan pada anak-anaknya. Hal itu dimulai dari janin dalam kandungan, pemberian gizi harus dijaga dengan baik. Bahkan jauh di hulu pasa masa persiapan pada saat seorang wanita itu ketika hamil sebelumnya sudah dipersiapkan dalam kondisi sehat," kata Deputi Bidang KBKR BKKBN.
Caranya, kata Eni lagi, BKKBN akan melakukan skrining pada para calon pengantin. Hal itu dimulai dari umur, kemudian anemia atau tidak, mengukur lingkar lengan atas dan diperiksa indeks masa tubuhnya.
"Ketika mereka (calon ibu) itu memang sudah benar-benar siap maka kehamilannya sudah pasti siap. Kami juga telah membentuk tim pendamping keluarga (TPK) yang terdiri dari ibu-ibu PKK, Bidan desa dan juga para kader KB. Nah, mereka inilah yang mendampingi selama 1000 hari pertama kehidupan, mulai dari calon pengantin, ibu hamil hingga anak bawah dua tahun," ujarnya.
Menurut Eni, hal itu penting karena pada 1000 hari pertama kehidupan itu dimana perkembangan otak anak mencapai 85 persen. "Jadi baik buruknya kondisi 1000 hari pertama kehidupan itu sangat mempengaruhi kondisi kehidupan kembang tumbuh selanjutnya pada manusia," pungkasnya.
Komisi IX DPR RI mengharapkan adanya pemerataan sosialisasi tentang stunting
Minggu, 10 April 2022 8:03 WIB