Pontianak (ANTARA) - Pertunjukan Mendu dalam lakon Putri Cahaya dikemas dengan nuansa kekinian walau alur cerita masih tetap seperti pertunjukan teater tradisional yang mengambil cerita masa kerajaan, kata sutradara pertunjukan Evi Yulianti.
"Putri Cahaya kami kemas dengan selera kekinian agar pesan yang dibawa para pemain dapat diterima penonton," ujar Evi saat ditemui usai pertunjukan Putri Cahaya di Taman Budaya Kalimantan Barat, Jumat malam.
Menurut dia, Mendu merupakan lakon teater tradisional yang ada di masyarakat Melayu tidak hanya di Kalimantan Barat tetapi juga di Riau dan Kepri bahkan mereka pernah dihimpun dalam satu wadah dalam pertemuan teater Mendu.
"Kami para pemain Mendu yang berada di provinsi berbudaya Melayu pernah bertemu membahas perkembangan Mendu dengan difasilitasi kementerian kebudayaan," katanya.
Ia menambahkan banyak sanggar Mendu yang kini telah hilang dan tidak aktif sehingga di beberapa daerah tidak lagi ada pertunjukan. Seperti Kalimantan Barat pertunjukan Mendu juga telah lama vakum sejak sutradara Teater Mendu Pontianak H. Sataruddin Ramli meninggal.
Sebagai sutradara pihaknya masih mempertahankan alur cerita masa kerajaan ada pelakon yang berperan sebagai raja, permaisuri, puteri, perdana menteri, panglima, datuk bendahara, serta dayang dan hulubalang. Dekorasi pertunjukan juga suasana balairung raja dan para pelakon berkostum baju Melayu.
"Yang membedakannya dengan Mendu yang ada di Natuna adalah di sini para pemain tidak memakai kaca mata hitam dan pemainnya juga tidak menari dengan banyak pada hentakan kaki. Kami menyesuaikannya dengan selera kekinian," ungkap Evi.
Lakon Putri Cahaya yang dibawa Teater Mendu Pontianak pada Jumat malam mendapat sambutan meriah dari penonton yang hadir di teater tertutup Taman Budaya Kalimantan Barat.
Putri Cahaya bercerita tentang Kerajaan Bukit Semenanjung yang dipimpin seorang raja dan memiliki seorang puteri nan jelita. Silang sengketa kerajaan muncul karena ketamakan dan haus kekuasaan dari para pejabat kerajaan yang membuat Sri Baginda Raja terbunuh.
Bagi masyarakat yang belum melihat lakon Putri Cahaya masih ada waktu untuk menyaksikannya pada Sabtu (30/7) malam di teater tertutup Taman Budaya Kalbar. Para penonton tidak hanya dapat menikmati pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik Melayu, tata lampu, ragam tarian serta lakonan apik para pemainnya juga menyintas kenangan tentang Mendu.
Baca juga: Teater Mendu Pontianak gelar pementasan Putri Cahaya 29 - 30 Juli 2022
Baca juga: Pontianak gelar Festival Seni dan Budaya Kampong Melayu BML sepanjang tepi Sungai Kapuas
Baca juga: Lomba senam Jepin kreasi di Tugu Khatulistiwa pelestarian seni-budaya