Pekanbaru (ANTARA) - Penyakit ngorok atau septicaemia epizootuca (SE) pada kerbau meresahkan peternak karena dapat menyebabkan kematian pada hewan ternak itu.
Seperti yang terjadi di Desa Gunung Bungsu, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau, akibat penyakit ngorok banyak peternak alami kerugian kehilangan hewan ternak mereka karena mati.
Penyakit yang mendera ratusan kerbau di Kampar itu juga membingungkan Pemerintah Provinsi Riau yang terus berupaya untuk mengatasi masalah penyakit ngorok tersebut.
"Dinas Peternakan dan Kesehatan Riau sudah mendapat laporan dari Dinas Peternakan Kampar ada seratusan kerbau mati akibat SE atau disebut penyakit kerbau ngorok," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Riau, dr Faralinda Sari, kepada media di Pekanbaru, Kamis.
Ia mengatakan, dari laporan ada seratusan kerbau milik masyarakat mati karena penyakita ngorok. Penyakit pada hewan itu disebabkan karena bakteri pasteurella multocida serotype.
Dijelaskannya, penyakit ngorok ini berjangkit sudah lama, akan tetapi dengan kondisi musim hujan dan panas datang, maka mengakibatkan hewan ternak stres, dan penyakit ini bisa menular sesama hewan ternak.
Menurut dia, Dinas Perternakan Kampar sudah turun ke lokasi kerbau mati terpapar SE. Pada kerbau yang belum terpapar di wilayah penyebaran sudah ditangani.
"Jadi kendalanya itu kerbau peternak yang mati tidak mendapat vaksin," katanya.
Baca juga: Peternak di Kayong Utara tidak mau ternaknya divaksin
Baca juga: 1.589.144 hewan telah divaksinasi PMK
Ia menjelaskan, peternak di desa terjangkut penyakit ngorok kerbau umumnya tidak mau kerbau atau sapinya divaksin.
Akibatnya hewan ternak disana mudah terjangkit penyakit dan alami kemarian massal.
"Sekarang petugas kesehatan hewan Kampar terus menggencarkan sosialisasi kepada peternak agar ternaknya mau divaksin," katanya.
Baca juga: Kasus aktif PMK di Kalbar sudah nol
Ketika ditanya apa saja ciri penyakit kerbau ngorok itu, Faralinda mengatakan, kerbau yang terindikasi terjangkit penyakit SE akan menunjukkan gambaran gejala klinis berupa peningkatan suhu tubuh, respirasi, pulsus/denyut jantung, hewan lebih banyak berbaring, timbul leleran dan anoreksia.
Baca juga: Polisi gencar imbau peternak antisipasi PMK di Melawi
Penyakit ngorok pada kerbau resahkan peternak
Jumat, 2 September 2022 10:30 WIB