Pontianak (ANTARA) - "Gubernur Kalbar, Bapak Sutarmidji telah menginspirasi kami bahwa kita kaya tanaman herbal namun belum dimanfaatkan. Nah, pasca itu teringat dengan potensi desa dengan kaya tanaman herbal yakni sappang. Kini kami jadikan inspirasi itu jadi produk inovasi desa dengan merek Teh Sepang Pusaka,".
Di atas penggalan ucapan Kepala Desa Pusaka, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Elpani dengan semangat memaparkan produk inovasi desa berupa teh sappang yang saat ini mulai dikembangkan bersama istri dan beberapa anggota PKK di desanya.
Elpani masih ingat cerita Gubernur Kalbar bahwa negeri Tirai Bambu yang salah satu produk unggulan wisatanya adalah ramuan herbal yang dipoles dengan pemasaran obat kuat dan laris. Sementara dikaitkan di Kabupaten Sambas, Gubernur Kalbar, Sutarmidji mengatakan potensinya sangat banyak seperti bajakah, sappang, kunyit hitam, jerangau merah dan lainnya namun tidak dikemas dan dipublikasi dengan baik.
Terkait tanaman sepang atau pohon secang yang dalam bahasa Sambas dikenal sappang memang sejak dahulu sangat dikenal di tengah masyarakat sebagai sumber bahan baku untuk minuman herbal.
Namun seiiring waktu, minuman yang sangat diminati para bangsawan melayu tersebut dengan segudang manfaat untuk kesehatan mulai ditinggalkan. Hal itu sejalan jumlah pohonnya juga berkurang dan bahkan hanya ditemukan di tempat tertentu.
Dahulu untuk membuat minuman dari sappang tersebut pengelolaan masih berupa racikan potongan sappang ukuran kecil. Kemudian direbus sesuai selera atau ditambah dengan berbagai jenis tanaman herbal lainnya. Kemudian untuk konsumsi juga cukup sederhana bisa langsung diminum atau ditambah rasa pemanis. Dengan warna merah jambu agak gelap dengan aroma dan rasa yang khas, wajar minuman tersebut diminati baik untuk sekedar dijadikan minuman sehari - hari atau untuk berobat atau mencegah penyakit tertentu.
Dari berbagai sumber situs kesehatan menyebutkan bahwa minuman sappang bisa mengatasi peradangan pada tubuh, membunuh bakteri penyebab penyakit, membunuh bakteri penyebab jerawat, menekan pertumbuhan sel kanker, meringankan gejala diare, mencegah kerusakan sel dalam tubuh dan mengontrol gula darah dalam tubuh. Bahkan manfaat sappang tidak berhenti sampai di situ saja, tanaman herbal ini juga dinilai mampu mencegah kerusakan sel saraf, memelihara kesehatan organ hati, serta mengatasi radang gusi.
Dengan segala manfaatkan kesehatan dari sappang dan kemudian melihat potensi desa agar bisa menjadi produk inovasi Desa Pusaka, Kecamatan Tebas, sanga kepala desa, Elpani membuat produk turunan dari kayu sappang yang siap sedu teh sappang. Produk itu memudahkan masyarakat dalam menyajikan minuman kaya khasiat tersebut karena dikemas begitu praktis, tinggal sedu atau kemasan kecil disiram air panas.
Untuk kayu atau tanaman sappang di Desa Pusaka masih relatif mudah didapat meski tidak dalam jumlah banyak. Hal itu seiiring pertumbuhan penduduk dan pertanian. Berkurangnya jumlah sappang karena memang kurangnya pengetahuan tentang manfaatnya yang mengakibatkan orang menebang pohon sappang karena pohon sappang identik dengan memiliki duri yang tajam.
Untuk mengantisipasi kepunahan dan kelangkaan pohon sappang dan kemudian agar bisa memenuhi kebutuhan produksi teh sappang, Elpian dengan melibatkan masyarakat melakukan pembenihan melalui biji dan membagikan bibit sappang kepada masyarakat yang pohon sappangnya ditebang untuk memenuhi pesanan teh sappang dari konsumen.
Langkah kongkrit lainnya, melalui intervensi desa, telah digencarkan juga penanaman sappang di lahan desa seluas 2 hektare untuk ditanami secara bertahap mengingat keterbatasan bibit yang ada.
Sejauh ini, untuk produksi Teh Sappang Pusaka masih berskala rumah tangga. Ada sekitar 200 pohon saat ini siap menjadi bahan baku untuk memenuhi kebutuhan.
"Untuk pasar sekarang terbuka lebar dan kami masih terus memaksimalkan produk terlebih dahulu. Sejauh ini konsumen yang beli dari ASN Pemkab Sambas yang rutin termasuk pegawai Puskesmas Tebas. Dari luar kota juga ada. Harga hanya Rp18.000 per bungkus isi 25 paket sedu," ucapnya.
Saat ini Elpani terus mematangkan kemasan dan persyaratan keamanan pangan dari produk sehingga bisa dijual secara massal. Seiiring hal itu juga promosi produk juga mulai digencarkan termasuk mengikuti pameran produk unggulan di PLBN Aruk. Saat ini juga pihaknya juga telah dilibatkan pemerintah Kabupaten Sambas untuk mengikuti pelatihan soal kemasan, merek dan lainnya untuk produk UMKM.
Tradisi Melayu
Tokoh melayu Sambas yang juga Sekretaris Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat, Budiman Tahir mengatakan minuman air sappang sejak dulu kala bagi kalangan melayu Sambas sudah menjadi bagian tradisi. Air sappang biasanya disajikan dalam hajatan atau pesta di tengah masyarakat. Minuman air sappang disajikan hasil rebusan dari kayu sappang yang diracik tersebut. Untuk penyajiannya dan diminum setelah makan - makan atau sebagai minuman penutup.
"Air sappang sudah menjadi bagian budaya melayu dalam hal kuliner khususnya dari jenis minuman yang kaya akan manfaat kesehatan. Biasanya diminum atau disajikan saat hajatan dan diakhir acara makan - makan. Menurut orang tua terdahulu minuman tersebut mampu memberikan dampak baik bagi kesehatan," ucap dia di Pontianak, Minggu.
Air sappang menurutnya harus terus dilestarikan dan pohonnya dibudidayakan agar hal itu terus hadir di tengah masyarakat sebagai suatu kekayaan lokal dari masa ke masa. Terkait hadirnya produk sappang siap sedu, ia sangat menyambut baik mendukung. Dengan hal itu sebagai upaya melestarikan dan memudahkan masyarakat untuk minum air sappang. Saat ini semua sudah instan, sehingga teh sappang yang siap sedu sangat tepat. Apalagi dari sisi ekonomi tentu akan hadir selain pelestarian pohon dan budaya minum air sappang. Pemerintah daerah menurutnya wajib mendukung dan kampanye tradisi sappang dalam setiap hajatan atau lainnya termasuk di agenda pemerintah daerah.
Menurutnya, masih banyak kuliner melayu terdahulu yang mesti dilestarikan dan saat ini juga mulai muncul seperti tannak lade yang berbahan baku dari lada hitam produksi Lada Batu Layar, Desa Sendoyan. Kemudian juga sudah ada Amping Sambas atau emping padi produksi binaan PKH Sambas. Nah, hal itu menjadi kekuatan baru dalam melestarikan budaya yang sajiannya sudah instan yang bis mengikuti perkembangan zaman.
Gencarkan OVOP
Bupati dan Wakil Bupati Sambas, Sambas, Satono - Fahrur Rofi terus mendorong dan mendukung penuh peningkatan ekonomi melalui program andalan yakni One Village One Product (OVOP) atau satu desa satu produk. Melalui program OVOP, setiap desa didorong bisa memiliki masing-masing produk unggulan yang bisa dikembangkan dan dikemas menjadi produk bernilai jual.
Satono mengatakan sektor pertanian merupakan potensial dikembangkan dalam program OVOP termasuk tanaman herbal yang merupakan bagian tanaman hortikultura. Kabupaten Sambas dan sekitarnya sebagai saat ini telah menjadi sentra pertanian. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 6.395,70 kilometer persegi atau 639.570 hektare serta jumlah penduduk pada tahun 2021 sebanyak 637.811 jiwa, 70 persennya adalah petani.
"Dengan mayoritas penduduk Kabupaten Sambas bergerak di sektor pertanian maka ini potensi yang harus dikembangkan termasuk dalam produk unggulan desa - masing - masing," jelas dia.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Sambas selain mendorong desa untuk menghasilkan produk unggulannya masing - masing, juga terus membantu pelaku UMKM yang ada untuk meningkatkan produksi dan promosi. Berbagai kegiatan dihadirkan dan difasilitasi yang berkolaborasi dengan para pihak seperti kegiatan Taste of Asia di Kuching, Malaysia dan pameran produk unggulan daerah yang belum lama ini digelar. Dengan letak geografis Kabupaten Samba yang berbatasan darat langsung dengan negara Sarawak, Malaysia, maka potensi untuk ekspor terbuka lebar.