Nusa Dua (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Waduk Muara Nusa Dua milik PLN Group. Kehadiran pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) dengan kapasitas 100 kilowatt-peak (kWp) ini akan turut mendukung keandalan pasokan listrik gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
Peresmian PLTS Terapung Waduk Muara Nusa Dua ini juga dihadiri Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Basuki Hadimuljono dan Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo beserta jajaran.
Luhut mengatakan, pembangunan PLTS terapung ini merupakan wujud nyata Indonesia dalam transisi energi dengan gencar membangun pembangkit berbasis EBT. Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon menuju _net zero emission_ pada tahun 2060.
"Kita akan membangun banyak sekali (PLTS- _red_). Ini hanya _intermitten_ saja, untuk _baseload_-nya kita punya _geothermal, hidro power,_ ada macam-macam. Indonesia punya 437 gigawatt (GW) potensi EBT, masih banyak ruang untuk terus bertambah," ungkap Luhut.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLTS Terapung Waduk Muara Nusa Dua ini bukan hanya sekadar _showcase_ untuk KTT G20, melainkan juga sebagai simbol tidak ada lagi dilema energi di masa depan. Perubahan dari energi kotor menuju energi bersih perlu segera dilakukan untuk menciptakan bumi yang lebih baik di masa mendatang serta biaya yang lebih murah.
"Upaya kami dalam menurunkan gas rumah kaca ini adalah upaya yang bukan hanya karena perjanjian internasional, bukan hanya kebijakan, _because we do really care_," kata Darmawan.
Dia menjelaskan, PLTS yang terdiri dari 228 _panel solarcell_ tersebut telah selesai dan berhasil diuji coba sejak awal Oktober melalui inovasi _Smart Grid_. Inovasi tersebut merupakan salah satu program dari transformasi PLN yang menggunakan teknologi sistem digital untuk memonitor dan mengelola pasokan energi listrik sesuai dengan kebutuhan beban.
"Di sini untuk apungnya dari buatan dalam negeri, _frame_ nya dari dalam negeri, semua peralatannya dalam negeri. Ke depan ini masih ada ruang kita membangun kapasitas nasional," papar Darmawan.
Darmawan juga menegaskan komitmen PLN dalam transisi energi menuju _Net Zero Emission_ pada 2060 dengan mengutamakan potensi alam yang berlimpah sekaligus menggerakan perekonomian nasional. Karena menurutnya, dengan menggunakan produk lokal dalam pembangunan pembangkit, maka ekonomi Indonesia bisa ikut terangkat.
"Untuk transisi energi membutuhkan lebih dari USD 700 miliar atau Rp 10 ribu triliun. Kalau itu menjadi pangsa pasar produk luar negeri, ekonomi kita akan melambat, _job creation_-nya bukan di Indonesia, tetapi di negara-negara lain," tegas Darmawan.
Melalui subholding PLN Indonesia Power, perseroan menyelesaikan proyek PLTS Terapung Waduk Muara Nusa Dua ini hanya dalam satu bulan dua minggu. PLTS terapung ini dibangun di atas area seluas 0,35 hektare atau 1 persen dari luas Waduk Muara Nusa Dua.
Proyek ini merupakan penugasan pemerintah pada 19 Juli 2022. Pada September 2022 dilakukan sejumlah pekerjaan mulai dari proses perizinan, konstruksi hingga sinkronisasi tahap pertama. PLTS Terapung Muara Nusa Dua mendapatkan sertifikat laik operasi (SLO) pada 28 Oktober 2022.
"Proyek PLTS ini juga wujud komitmen perseroan terhadap prinsip _Environmental, Social and Governance_ (ESG) dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan," terangnya.
Darmawan juga menyampaikan apresiasi kepada para _stakeholder_ yang terlibat baik itu dari Kementerian Koordinator, Kementerian terkait, Gubernur Bali dan pihak-pihak lainnya yang telah berkontribusi aktif dalam pembangunan PLTS tersebut.
"Tugas PLN adalah memang menyediakan listrik. Tetapi di masa depan dengan adanya transisi energi _our main job is to take care the environment,_ sedangkan listrik adalah _by product_ kami," tutup Darmawan.
Menko Luhut resmikan PLTS terapung milik PLN di Nusa Dua Bali
Jumat, 11 November 2022 21:49 WIB