Pontianak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah setempat berkomitmen mendukung dan mengawal pengusulan Maharaja Imam Sambas H.M. Basiuni Imran untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional dari pemerintah.
"Dengan diajukannya H.M. Basiuni Imran sebagai pahlawan nasional diharapkan akan dapat meningkatkan rasa kecintaan terhadap tokoh dan pemikiran tokoh-tokoh lokal, khususnya daerah Sambas, yang akhirnya berdampak pada munculnya motivasi bagi generasi muda tentang pentingnya pendidikan," ujar Ketua MGMP Sejarah Kabupaten Sambas Priharyo di Sambas, Jumat.
Sebelumnya, Pemkab Sambas bekerja sama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI), MGMP Sejarah Sambas, IAIS Sambas, IKIP PGRI Pontianak, dan Pusaka Saprah Sambas mengadakan seminar sejarah dengan tema "Pemikiran, Gerakan dan Perjuangan Maharaja Imam Sambas H.M. Basiuni Imran untuk Kemajuan Indonesia".
Wakil Bupati Sambas Fahrur Rozi juga hadir sebagai pembicara kunci pada seminar itu menyampaikan bahwa kiprah H.M. Basiuni Imran sebenarnya tidak hanya di tingkat lokal maupun nasional, tetapi juga hingga ke sekitar Timur Tengah dan Afrika.
"Dulu semasa berkuliah di Malaysia, saya pernah dipanggil oleh profesor yang berasal dari Sudan. Ia kagum dengan H.M. Basiuni Imran karena berkat tulisannya di berbagai surat kabar di Mesir, seperti Al-Manar dan Al-Ittihad, seruan dan ide-ide agar umat Islam bangkit dari keterpurukan dan bergerak maju telah mendorong gerakan kemerdekaan negara-negara di Timur Tengah-Afrika," katanya.
Dalam seminar itu, Wabup pun berkomitmen untuk mendukung proses pengusulan H.M. Basuni Imran mendapatkan gelar pahlawan nasional dan berharap seminar sejarah nasional yang mengangkat perjuangan H.M Basiuni Imran dapat segera dilaksanakan.
"Kami akan mencoba agar nama H.M. Basiuni Imran dapat diabadikan menjadi nama jalan atau tempat di wilayah Kabupaten Sambas ini sebagai bentuk penghargaan ketokohan beliau," ujarnya.
H.M. Basiuni Imran merupakan Maharaja Imam Kesultanan Sambas terakhir yang menjabat dari tahun 1913 hingga 1976. Basuni Imran merupakan murid dari ulama besar Syekh Muhammad Rasyid Ridha saat berkuliah di Universitas Al-Azhar Kairo tahun 1909 hingga 1913.
Selain menjabat sebagai Maharaja Imam di Kesultanan Sambas, Basuni Imran dikenal sebagai tokoh pendidikan yang mengembangkan pendidikan Islam moderen di Sambas. Berkat kegigihannya, lahirlah gerakan nasionalisme di Sambas pada masa penjajahan Belanda.
Setelah kemerdekaan, Basuni Imran turut dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada 1945-1949, tercatat pula sebagai anggota Dewan Konstituante RI dari Partai Masyumi pada 1956-1959.
Jabatan-jabatan lain yang juga pernah diemban Basuni Imran semasa hidupnya, salah satunya Ketua Mahkamah Syariah (agama) di Sambas.