Pontianak (ANTARA) - Rumah Kemilau setiap hari berjibaku dengan pisang dan ubi ungu untuk dijadikan keripik.
Usaha rumahan di Desa Sabung, Kecamatan Subah, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, itu mempekerjakan janda-janda yang ada di sekitar tempat berdirinya sebagai upaya pemberdayaan mereka.
Bersama para janda itu, Sulina setiap hari mengupas pisang dan ubi ungu, memotongnya dengan tingkat ketipisan tertentu, menggorengnya, serta mengemas menjadi keripik. Cemilan produksi mereka laku di pasar setempat sehingga hasilnya bisa meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.
Tahun 2013 menjadi awal bagi Sulina, 57 tahun, membuka usaha rumahan yang memproduksi keripik pisang dan stik ubi ungu. Kebutuhan keluarga yang meningkat karena anak mulai sekolah yang membuat Sulina berusaha mencari tambahan pendapatan untuk mengurangi beban suaminya.
Pisang menjadi inspirasi Sulina untuk memulai usaha. Kebetulan dia tinggal di desa yang kebanyakan penduduknya ialah petani dan banyak menanam pisang.
Harga pisang di desanya saat itu yang Rp1.500 per kilogram membuatnya semakin kuat bertekad untuk berusaha karena modal awal yang akan dikeluarkannya tidak begitu besar.
Mulailah dia mengembangkan idenya dengan mempekerjakan beberapa perempuan berstatus janda yang ada di desanya untuk memproduksi cemilan dengan bahan baku yang mudah di dapat karena dihasilkan petani di sana. Aneka produk keripik untuk pisang dengan merek Sersan dan stik ubi ungu dengan Kemilau seiring waktu terus berkembang. Permintaan pun terus meningkat hingga per bulan bisa menjual 100 kilogram.
Bahkan saat ini produknya sudah masuk di sejumlah pasar swalayan dan dalam tahap masuk di sejumlah ritel lainnya.
Alhasil, dengan makin berkembangnya usaha yang dilakukan di Rumah Kemilau, Sulina siap menampung hasil panen pisang dari petani yang ada di desanya. Sebaliknya, petani di sana tidak khawatir lagi pisangnya tidak laku di pasar, karena Sulina bahwa siap membeli dengan harga yang lebih baik dari harga pasar.
Rumah Kemilau tidak lagi sekadar menghasilkan cuan bagi pengelola dan karyawannya, tapi juga bisa memberdayakan petani dan masyarakat sekitar.
Tantangan mengembangkan usaha dalam hal modal tidak luput menjadi kendala bagi Sulina. Ketika usahanya sudah berjalan lancar, dia mulai berpikir untuk pengembangannya. Untuk berkembang dan memajukan usaha tentu saja perlu tambahan modal yang besar.
Tambahan modal juga semakin terasa diperlukan justru ketika permintaan keripik pisang dan ubi ungu yang dihasilkan Rumah Kemilau semakin banyak. Semakin banyak keripik yang akan diproduksi, semakin terasa betapa perlu modal tambahan.
Dia pun mencari cara untuk mendapatkan modal yang dibutuhkannya itu. Hingga dia mendapat kesimpulan bahwa skema pembiayaan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan melalui BRI menjadi solusi.
Pada 2021 menjadi awal Sulina meminjam KUR BRI sebesar Rp40 juta untuk mengembangkan fasilitas di dapur industrinya untuk peningkatan produksi.
Karena permintaan terus meningkat, selang dua tahun kemudian dia kembali meminjam KUR BRI sebesar Rp50 juta untuk menambah modal produksi.
Kemudahan pinjaman modal dan bunga yang rendah dari KUR BRI, menurut Sulina, sangat membantunya untuk berusaha, memberdayakan janda dan petani di desanya.
"Modal menjadi tantangan dasar namun ada solusi dari KUR BRI. Peminjaman yang mudah dan cepat serta bunga rendah sangat membantu kami selaku UMKM," kata dia.
Binaan Rumah BUMN
Dalam mengembangkan usaha, Sulina sebelumnya juga mengalami sejumlah tantangan mulai dari mengurus sertifikasi, manajemen usaha, pembukuan keuangan, pemasaran, modal, pengemasan hingga lainnnya.
Dengan usia yang tidak muda lagi membuat segala tantangan itu semakin berat baginya. Apalagi untuk mengurus semua itu juga harus berurusan dengan teknologi.
Namun semua itu bisa teratasi satu per satu ketika dia mendapat pendampingan dari Rumah Badan Usaha Milik Nagera (BUMN) Sambas yang dibina Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Singkawang.
Menurut Sulina, Rumah BUMN Sambas memberikan sejumlah pelatihan, mulai peningkatan kapasitas berusaha, wawasan, promosi, dan pemasaran produk secara digital.
Pelatihan yang didapatnya itu, menurut dia, sangat berarti dalam mendukung pengembangan usaha dan membuat produknya semakin dikenal dan dipercaya masyarakat.
"Saya bersyukur dilibatkan oleh Rumah BUMN Sambas karena banyak pelatihan dan promosi didapat. Kemasan produk semakin baik, soal pembukuan keuangan juga demikian serta lainnya," kata Sulisna.
Koordinator Rumah BUMN Sambas Kantor Cabang BRI Singkawang Firmansyah menyatakan berkomitmen untuk terus mendukung UMKM berkembang dan naik kelas. Hal itu karena peran UMKM tidak terbantahkan lagi dengan kontribusinya yang sekitar 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap hampir 97 persen tenaga kerja. Hingga saat ini secara nasional UMKM mencapai lebih dari 64 juta unit usaha.
Berdasarkan data terbaru dari Dinas Koperasi UKM Provinsi Kalbar, jumlah UMKM di provinsi tersebut pada 2024 sebanyak 164.222 unit usaha yang terdiri atas usaha mikro 162.583 unit, kecil 1.459 unit dan menengah 180 unit. Khusus untuk di Kabupaten Sambas total UMKM ada 35.134 unit usaha yang terdiri usaha mikro 34.731 unit, kecil 365 unit, dan menengah 38 unit.
Untuk komitmen tersebut sejumlah langkah nyata telah dan terus dilakukan mulai berbagai pelatihan yang dibutuhkan UMKM hingga promosi. Pihaknya mencatat pada 2024, Rumah BUMN Sambas telah memberikan 34 kali beragam pelatihan penguatan kapasitas UMKM agar naik kelas. Kemudian pada 2025 ini ditargetkan ada 80 kali pelatihan yang diberikan kepada UMKM binaan.
Menurut dia sejauh ini sudah ada 3.000 UMKM di Kabupaten Sambas, termasuk Sulina, yang aktif dan menjadi UMKM unggulan yang telah menjadi binaan atau menerima pendampingan Rumah BUMN Sambas.
Sejumlah tantangan masih menjadi momok yang dihadapi pelaku usaha di Kabupaten Sambas mulai dari keterbatasan SDM, modal usaha, manajemen keuangan, promosi, pasar dan digitalisasi hingga pemasaran serta lainnya.
Dengan potret tantangan itulah para pihak terkait memiliki tanggungjawab dan peran untuk berkolaborasi memperkuat UMKM.
Rumah BUMN Sambas yang dulunya disebut Rumah Kreatif BUMN yang telah hadir sejak 2017 di Kabupaten Sambas menjadi di antara wadah yang ikut berperan aktif dan berupaya nyata untuk mendampingi agar UMKM di Kabupaten Sambas berkembang dan naik kelas.
Menurut Firmansyah, semangat dan kegigihan Sulina dan kepeduliannya terhadap ekonomi keluarga dan masyarakat sekitarnya menjadi motivasi penting bagi UMKM di Kabupaten Sambas untuk berkembang dan maju.