City ingin menciptakan sejarah, sebaliknya United tak ingin sejarah itu tercipta.
City ingin menyamai United dengan meraih treble pada era Liga Premier, kendati City baru separuh jalan untuk merengkuh pencapaian itu.
United menjadi satu-satunya klub Inggris yang meraih treble pada era Liga Premier ketika pada 1999 di bawah asuhan Alex Ferguson sukses menjuarai Liga Premier, Liga Champions, dan Piala FA.
Liverpool dua kali mencetak treble. Pada treble kedua mereka melakukannya dalam era Liga Premier, tapi tak dibarengi dengan gelar juara liga. Satunya lagi dibarengi dengan juara liga, tetapi terjadi pada masa ketika liga masih bernama Divisi Pertama.
Bagi City, menjuarai Piala FA akan menaikkan semangatnya dalam menjuarai Liga Champions melawan Internazionale Milan dalam final di Istanbul, Turki, pada 11 Juni.
Untuk itu, mengalahkan United adalah tugas suci sampai-sampai Manajer Manchester City Pep Guardiola mengistirahatkan sejumlah pemain kuncinya dalam laga terakhir Liga Premier musim ini melawan Bentford.
Akibatnya, Bentford menumbangkan City untuk kedua kali salam satu musim.
Andaikan tersandung dalam Piala FA, City tetap berkesempatan mencetak sejarah jika mengalahkan Inter Milan pekan depan karena City bisa menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka.
Fokus saat ini tentunya tertuju kepada Piala FA.
Jika berhasil, maka inilah Piala FA ketujuh City setelah sukses 1904, 1934, 1956, 1969, 2011 dan 2019. Jumlah trofi Piala FA ini sama dengan yang diraih Aston Villa.
Arsenal dan Manchester United masih menjadi dua tim tersering menjuarai Piala FA, masing-masing 14 dan 12 kali. Disusul Chelsea, Liverpool dan Tottenham Hotspur yang masing-masing sudah delapan kali merengkuh trofi ini..
Baca juga: Liverpool ditahan imbang 2-2 oleh Wolverhampton
Pertarungan reputasi
Pertemuan pertama The Citizens dengan Red Devils dalam final turnamen sepak bola ini adalah bukan sekadar pertarungan di lapangan hijau, karena ini juga menyangkut reputasi, gengsi, dan siapa yang lebih besar di antara kedua tim satu kota ini.
Setelah era Ferguson berakhir, United tak pernah lagi menjadi nomor satu di Liga Inggris. Lebih buruk lagi, reputasi luar lapangan mereka kini sudah disalip oleh Manchester Biru.
Tahun lalu the Citizen dinobatkan sebagai klub paling kaya di dunia setelah membukukan pendapatan 613 juta pound (Rp11,3 triliun). United sendiri melorot ke urutan empat dengan pendapatan 583 juta pound (Rp10,8 triliun).
Sebelumnya, United terbiasa memuncaki daftar klub terkaya di dunia. Hanya Barcelona dan Real Madrid yang bisa menyaingi mereka.
Sukses Piala FA akan kian menyempurnakan status City sebagai klub yang semakin jauh dari bayang-bayang Manchester United.
Keberhasilan dalam Piala FA, dan apalagi ditambah sukses Liga Champions pekan depan, bisa membuat basis penggemar City semakin banyak.
Di area jumlah penggemar inilah United masih di atas City.
Setan Merah sudah pasti tak ingin reputasinya semakin dikoyak City.
Ketika City lolos ke final Piala FA, Manajer Manchester United Erik ten Hag bahkan sudah berikrar untuk mencegah City menyamai pencapaian United dalam mencetak treble dalam era Liga Premier.
Ten Hag sendiri terbilang sukses menangani klub yang sempat terseok-seok itu. Dalam musim pertamanya saja dia berhasil mempersembahkan Piala Liga pada 26 Februari lalu.
Tak hanya itu, dia juga berhasil memasukkan kembali Manchester United ke Liga Champions setelah semusim lalu absen akibat buruknya performa selama kompetisi liga.
Kini, United finis urutan ketiga dalam klasemen liga atau tiga peringkat lebih baik dibandingkan musim lalu ketika Ten Hag belum menjadi pelatih klub ini.
Guardiola yang pernah bekerja bareng Ten Hag di Bayern Muenchen, Jerman, mengakui keberhasilan Ten Hag dalam mengubah wajah United.
"Ketika Anda menyaksikan sebuah tim semakin bagus, apalagi dalam musim pertama melatih di Liga Inggris, maka saya memandang pelatih itu sungguh bagus," kata Guardiola seperti dikutip Sky News.
Ten Hag, menurut Guardiola, adalah orang yang merepresentasikan kadar terbaik profesi pelatih baik di dalam maupun di luar lapangan.
Salah satu cara terbaik guna melukiskan kemampuan Ten Hag dalam meningkatkan permainan timnya adalah ketika memimpin United bangkit menaklukkan City 2-1 pada 14 Januari 2023 setelah dikalahkan City 3-6 pada 2 Oktober 2022.
Seperti halnya Guardiola, Ten Hag adalah ahli taktik yang selalu belajar dari kesalahan di masa lalu.
Baca juga: Liverpool ditahan imbang 2-2 oleh Wolverhampton
Akan sengit sekali
Taktik dan adu strategi ini pula yang akan menjadi bagian terseksi dari derbi Manchester pada final Piala FA tahun ini.
Salah satu faktor yang membuat United menang 2-1 di Old Trafford 14 Januari lalu adalah menjinakkan Erling Haaland.
Tak kalah pentingnya adalah semangat tim, yang bisa sangat vital saat menghadapi tim sesempurna dan sekuat Man City.
Ini yang mungkin akan dirangsang Ten Hag untuk dimunculkan kembali di Stadion Wembley nanti malam.
Memperkuat lapangan tengah dan memasang bek-bek sayap yang berani bertarung melawan pemain-pemain yang menempati sektor sayap City adalah juga bagian penting dalam mengimbangi The Citizens.
Namun, secara teknik dan kedalaman skuad, City jelas di atas United.
Dengan bekal sesempurna itu pemain-pemain City selalu merajalela di lapangan, dari ujung belakang sampai ujung depan, tak peduli siapa lawannya.
Mereka menekan tanpa henti, tak peduli berapa gol sudah mereka jebolkan ke gawang lawan.
Mereka mengendalikan ruang dan tempo, sehingga lawan terlihat lebih sering fokus bertahan, dengan hanya bisa menunggu momen untuk melancarkan serangan balik.
Mereka bahkan kini sudah beradaptasi dengan serangan balik balik, dengan memasang John Stones sebagai gelandang bertahan bayangan dari posisi aslinya sebagai bek tengah.
Namun, ada pola dasar yang dimainkan City yang dibaca dengan jeli oleh sejumlah tim cerdas seperti Brentford yang menjadi satu-satunya tim Liga Inggris yang mengalahkan Manchester City dalam dua pertandingan liga.
Keberhasilan Brentford dalam menaklukkan City adalah memotong pergerakan bola yang dimainkan pemain-pemain City dari tengah, sebelum mencapai kotak penalti.
Ini salah satu kiat yang bisa dipakai Ten Hag dalam menghadapi Guardiola nanti malam.
Kiat ini sudah pasti akan terbaca dengan mudah oleh pelatih secerdas Guardiola yang memang piawai membaca arah permainan.
Namun demikian, apa pun yang tersaji nanti malam, derbi Manchester ketiga musim ini akan sangat menarik dan sengit sekali, bukan saja karena faktor-faktor di dalam lapangan, tetapi juga di luar lapangan karena menyangkut reputasi, emosi dan gengsi.
Lebih dari itu laga ini bisa menjadi awal untuk persaingan sengit antara dua Manchester, dan antara Guardiola dengan Ten Hag musim depan nanti.
Baca juga: MU tersingkir dari Piala FA