Pontianak (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Harisson meminta seluruh pengelola rumah sakit yang ada di provinsi itu ersama-sama meningkatkan layanan kesehatan kepada pasien sebagai upaya mencegah pasien berobat ke luar negeri.
"Ini penting kita lakukan bersama karena menurut data Kemenkes terdapat 600 ribu sampai 1 juta Warga Negara Indonesia (WNI) yang berobat ke luar negeri." kata Harisson saat membuka Simposium Nasional Dampak UU Nomor 17 Tahun 2023 Terhadap Tata Kelola dan Pelayanan Rumah Sakit bertempat di Pontianak, Selasa.
Fenomena banyaknya WNI memilih berobat ke luar negeri untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan berobat ini, kata dia, membuat Indonesia kehilangan potensi 11,5 miliar dolar AS setiap tahunnya dari sektor kesehatan.
Dengan diterapkannya UU nNomor 17 Tahun 2023, kata dia, fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara internal dan eksternal.
"Tentu saya memberikan apresiasi terhadap rumah sakit Anugerah Bunda Khatulistiwa (ABK) yang telah menggagas acara (simposium) ini, di mana ini merupakan bentuk komitmen dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat sejalan dengan hadirnya UU baru ini," tutur Harisson.
Menurutnya, sudah banyak rumah sakit di Indonesia yang memberikan pelayanan yang lebih unggul dibanding negara tetangga. Namun belum dipromosikan dengan baik.
Pada kesempatan yang sama Direktur Utama PT ABK Syahnural Lubis mengatakan bahwa kegiatan Simposium ini merupakan rangkaian dari HUT ke- 17 Rumah Sakit (RS) ABK.
"Kami sangat berterima kasih kepada seluruh masyarakat Kalbar yang telah mempercayakan rumah sakit Anugerah Bunda Khatulistiwa dalam berkontribusi untuk melayani kesehatan. Tentu di usia yang ke 17 Tahun ini semoga kami semakin solid dalam mengemban amanah ini untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat Kalbar," katanya.
Syahnural mengungkapkan pelayanan yang ada di RS ABK sebenarnya tidak kalah, dibanding rumah sakit yang ada di negara tetangga. "Bahkan kita lebih unggul, hanya saja masyarakat kita belum mendapat informasi yang tepat tentang pelayanan yang ada di rumah sakit kita", tuturnya.
Saat ini RS ABK memiliki beberapa metode pelayanan yang canggih, seperti laparoscopy, kemudian bayi tabung dengan peralatan teknologi yang sangat baik.
"Tentu dengan apa yang kita miliki sekarang ini merupakan tugas berat. Sebenarnya untuk dapat menghadirkan yang lebih dan lebih lagi, dan yang jelas kita tidak ingin kalah dengan rumah sakit di negara tetangga, seperti Kuching, Malaka, dan Singapura," katanya.