Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki, bertemu dengan ketua Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag pada Rabu untuk membahas kejahatan dan kerusakan yang dilakukan oleh Israel di Gaza.
Menurut kantor berita Palestina WAFA, al-Maliki bertemu dengan Hakim Ketua ICC Piotr Hofmanski dan Panitera ICC Osvaldo Zavala.Dalam pertemuan itu, al-Maliki memberi tahu mereka tentang "tingkat kejahatan dan kehancuran yang disebabkan oleh Israel, sebagai kekuatan pendudukan, tanpa pertanggungjawaban apa pun."
Diplomat senior Palestina tersebut menekankan pentingnya bagi ICC untuk melakukan penyelidikan kriminal dan mengadili pelaku kejahatan perang Israel.
Dia mengatakan bahwa penyebab kejahatan yang dilakukan Israel dan para pejabatnya saat ini adalah karena mereka tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Pada Rabu, Dewan Keamanan PBB tidak dapat mencapai kesepakatan tentang resolusi konflik Israel-Palestina karena dua rancangan resolusi yang diajukan oleh AS dan Rusia tidak dapat disahkan.
Rancangan resolusi AS dan Rusia sama-sama menyerukan "jeda kemanusiaan" atau "gencatan senjata kemanusiaan" di Jalur Gaza untuk memungkinkan pengiriman bantuan yang aman bagi warga sipil.
Perbedaan utama dalam teks tersebut antara lain penyebutan spesifik dalam usulan yang didukung AS mengenai hak Israel untuk membela diri, sedangkan draf yang disusun Rusia menyerukan agar pasukan Israel segera membatalkan perintah evakuasi bagi warga sipil untuk menuju ke wilayah selatan Gaza.
Rancangan resolusi yang diusulkan AS gagal disahkan karena veto dari China dan Rusia, sedangkan draf Rusia tidak dapat diadopsi karena kurang mendapatkan jumlah suara yang mendukung, demikian WAFA melaporkan.
Dewan Keamanan PBB telah memveto empat rancangan resolusi mengenai situasi Israel-Palestina dalam waktu 10 hari. Pekan lalu, dua rancangan resolusi berbeda yang diusulkan oleh Brazil dan Rusia juga gagal disahkan.
Dilansir Anadolu, hampir 8.000 orang tewas dalam perang Israel-Hamas, termasuk sedikitnya 6.546 warga Palestina dan 1.400 warga Israel.
Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza sudah mulai kehabisan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, sedangkan konvoi bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza hanya membawa sebagian kecil dari apa yang dibutuhkan.
Sumber: Anadolu/WAFA