Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat melakukan kolaborasi dengan agen perjalanan wisata dalam meningkatkan promosi tentang tradisi Bau Nyale (menangkap cacing laut) di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
"Rangkaian Bau Nyale 2024 ini lebih dominan dipusatkan di KEK Mandalika," kata Kepala Dispar Kabupaten Lombok Tengah Lalu Sungkul di Praya, Jumat.
Dia mengharapkan pelibatan biro perjalanan wisata meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik pada tradisi Bau Nyale yang digelar 29 Februari-1 Maret 2024.
Melalui kolaborasi itu, dia mengharapkan, paling tidak pelaku usaha perjalanan wisata bisa memberikan imbauan kepada para wisatawan agar memperpanjang masa tinggal untuk mengikuti Bau Nyale.
"Mereka juga bisa menjadikan event Bau Nyale itu dalam paket perjalanan yang mereka tawarkan kepada wisatawan," katanya.
Pihaknya juga telah melakukan promosi acara itu kepada pengusaha hotel agar menindaklanjuti kepada tamu hotel yang berwisata di daerah tersebut, untuk menghadiri tradisi Bau Nyale. Beberapa rangkaian Bau Nyale 2024, di antaranya lomba membaca lontar, presean, festival karnaval, pemilihan putri Mandalika dan hiburan saat malam puncak Bau Nyale.
Puncak tradisi Bau Nyale dipusatkan di kawasan Pantai Seger, KEK Mandalika.
Ia menjelaskan Bau Nyale merupakan pesta masyarakat sehingga dipastikan tetap ramai dan meriah, meskipun tidak ada artis nasional yang akan tampil pada tahun ini.
Terkait dengan acara hiburan saat malam puncak Bau Nyale, katanya, masih dilakukan koordinasi dengan Dinas Pariwisata Provinsi NTB.
"Artis masih menunggu koordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTB," katanya.
Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah menyatakan waktu Bau Nyale di Pantai Seger, KEK Mandalika diputuskan pada 29 Februari hingga 1 Maret 2024.
"Hari Bau Nyale jatuh pada 29 Februari dan 1 Maret 2024. Ini hasil Sangkep Warige," kata budayawan Lombok Tengah, Lalu Agus Faturahman saat acara Sangkep Warige di Desa Wisata Ende.
Sebelum sidang besar ini, katanya, telah dilakukan sidang kecil yang dihadiri pemangku adat dari delapan penjuru mata angin, tokoh agama dan pemuda, atau perwakilan masing-masing wilayah.
"Sidang kecil itu untuk menghimpun pendapat para tokoh. Keputusan ini diambil berdasarkan hati nurani untuk kebersamaan masyarakat Sasak," katanya.