Khofifah di Surabaya, Senin mengatakan gen Z dan milenial merupakan kelompok pemilih terbesar pada Pemilu maupun Pilkada Serentak 2024.
Artinya, Gabungan gen Z dan milenial punya peranan yang penting dalam pelaksanaan atau hasil pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
"Partisipasi aktif pemuda dalam proses demokrasi sangat penting untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih baik. Kehadiran pemuda bukan sekadar penggembira, melainkan harus ikut mewarnai dan berkontribusi aktif untuk memastikan pelaksanaan Pilkada berjalan sesuai nilai-nilai demokrasi," tuturnya.
Menurut Khofifah, penting bagi pemuda untuk terlibat dalam proses demokrasi. Partisipasi mereka, dapat mempengaruhi arah kebijakan dan isu-isu yang diangkat dalam masyarakat. Hal ini tentunya sangat memberi pengaruh besar pada hasil dari pesta demokrasi yang akan dilaksanakan pada 27 November mendatang.
Ia menekankan pilkada bukan sekadar sarana demokrasi, melainkan juga mencerminkan kebebasan politik yang perlu dijaga oleh seluruh komponen masyarakat, termasuk pemuda dengan tanggung jawab yang tinggi. Maka dari itu, Khofifah berharap jangan sampai para pemuda bersikap apatis dengan politik.
"Sebaliknya, harus aktif melibatkan diri, memikirkan dan memperjuangkan juga mempertahankan demokrasi di Indonesia. Salah satu kontribusi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan hak pilihnya," ujarnya.
Sebagai generasi yang kritis, Khofifah mengajak para pemuda melihat rekam jejak calon yang akan dipilih. Jangan sampai, tambah dia, hanya melihat calon pemimpin dari janji-janji yang disampaikan selama masa kampanye.
Apa-apa saja yang sudah dilakukan harus dicek dan dilacak bukti-buktinya. Ia juga meminta agar pemuda menjauhkan kampanye hitam dari panggung politik Pilkada Serentak 2024 ini.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga menyinggung tentang tantangan generasi muda Indonesia di 100 Tahun Indonesia Merdeka yang jatuh pada tahun 2045. Di masa tersebut, Indonesia akan menikmati bonus demografi.
Bonus demografi sendiri merupakan keadaan dimana jumlah penduduk suatu negara bertambah pada usia produktif, yang berkisar antara 16 sampai 65 tahun. Peningkatan ini diikuti dengan penurunan angka kelahiran dan kematian.
Menurutnya, agar bonus demografi tersebut menjadi peluang strategis bagi bangsa, maka pemuda harus menjadi motor penggerak perubahan agar Indonesia dapat memanfaatkan bonus demografi tersebut. Jangan sampai bonus demografi tersebut, lanjut dia, menjadi bencana demografi.
"Mari jadikan sumpah pemuda ini sebagai momentum untuk melecutkan diri untuk bersiap menghadapi tantangan yang lebih besar esok hari. Saya yakin pemuda Indonesia bisa," katanya.