Kairo (ANTARA) - Qatar menegaskan kembali perannya untuk memediasi negosiasi gencatan senjata Gaza, seperti yang diumumkan oleh Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammad bin Abdulrahman Al Thani saat pembukaan Forum Doha ke-22 pada Sabtu.
Langkah tersebut dilakukan setelah Qatar menangguhkan upaya mediasi hampir satu bulan lalu, dengan alasan kurangnya "keseriusan" dari pihak-pihak yang terlibat di dalam negosiasi tersebut.
Sheikh Mohammed menekankan bahwa keputusan Qatar untuk kembali berunding didorong oleh momentum baru dalam negosiasi tersebut, terutama setelah terpilihnya Presiden AS Donald Trump.
Dalam pidatonya, Perdana Menteri Qatar menyoroti krisis kemanusiaan yang berlangsung di Gaza, seraya menekankan bahwa dampaknya menyebar ke negara tetangga Lebanon dan Suriah.
Dia menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk melakukan segala upaya guna mengakhiri penderitaan rakyat di Gaza.
Forum Doha 2024, yang akan berlangsung selama dua hari, diselenggarakan di Doha dengan tema "Keniscayaan Inovasi."
Lebih dari 4.500 peserta dari lebih dari 150 negara, termasuk tujuh kepala negara, tujuh perdana menteri, dan 15 menteri luar negeri, diperkirakan akan hadir, menurut keterangan resmi.
Upaya mediasi yang dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas gagal karena penolakan PM Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan konflik yang sedang berlangsung.
Israel telah melancarkan perang genosida di Jalur Gaza, menyebabkan kematian lebih dari 44.600 orang, dengan sebagian besarnya adalah perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.
Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk PM Netanyahu dan mantan menteri pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.
Sumber: Anadolu-OANA