Semarang, Jawa Tengah (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan bahwa seluruh kapal perikanan akan dipasang teknologi vessel monitoring system (VMS) pada 2025 untuk meningkatkan pengawasan sektor kelautan.
"Ada juga (kapal) yang tidak menggunakan VMS. Sehingga kalau tidak menggunakan VMS tidak keditek (terdeteksi)," kata Trenggono di Semarang, Sabtu.
Trenggono mengungkapkan bahwa kondisi laut Indonesia yang semakin padat dengan aktivitas kapal, sebab puluhan ribu kapal nelayan beroperasi setiap harinya.
Kapal-kapal itu berpotensi menyebabkan overfishing yang dapat merusak ekosistem laut, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk pada masa depan sektor kelautan Indonesia.
Dia menambahkan bahwa data satelit yang diterima menunjukkan aktivitas kapal perikanan yang sangat tinggi, dengan banyak kapal yang beroperasi di perairan Indonesia. Ada lebih dari 50 ribu kapal yang beroperasi di laut Indonesia setiap harinya.
"Tapi di 2025 saya sudah minta kepada Direktur Jenderal Tangkap, saya minta 2025 disiapkan peraturan menteri seluruh kapal perikanan, baik kapal nelayan kecil, ataupun kapal pengusaha harus menggunakan teknologi digital," ujar Trenggono.
Trenggono juga mencatat bahwa sebagian besar kapal perikanan telah dilengkapi dengan Automatic Identification System (AIS), namun masih banyak yang belum menggunakan VMS.
VMS, yang akan dipasang pada semua kapal perikanan, dapat memberikan pemantauan yang lebih akurat terhadap pergerakan kapal dan aktivitas penangkapan ikan secara real-time.
"VMS salah satunya yang bisa broadband, supaya kita bisa monitor dia gerakannya kemana dan seterusnya," terang Trenggono.
Menteri Kelautan mengungkapkan bahwa pengawasan ini penting untuk mengetahui jumlah tangkapan ikan dan dampaknya terhadap kerusakan biota laut.
Trenggono menekankan bahwa teknologi digital seperti VMS akan sangat membantu dalam menjaga keberlanjutan sektor kelautan dan perikanan Indonesia.
"Ini akan kita lakukan. Kenapa demikian? Supaya kita bisa tahu persis seberapa besar jumlah perikanan yang diambil, dan berapa besar implikasi yang ditimbulkan terhadap kerusakan biota ke laut," ucap dia.
Sebagai lulusan dari Fakultas Kelautan dan Perikanan, Trenggono mengaku memahami betul pentingnya laut dalam mendukung kehidupan manusia dan ekosistem secara keseluruhan.
Dia menjelaskan bahwa kerusakan laut dapat menyebabkan kerusakan pada siklus alam, seperti proses kondensasi yang mempengaruhi hujan dan keberlanjutan tanaman serta air.
"Saya kuliah, saya sudah lulus, empat tahun saya lulus di (fakultas) kelautan dan perikanan. Saya tahu persis, ternyata begitu pentingnya laut itu, begitu laut itu rusak, selesailah kehidupan," tuturnya.
Trenggono mengingatkan bahwa jika laut rusak, maka kehidupan di daratan juga akan mengalami kehancuran.
"Kenapa demikian? Karena ada proses kondensasi laut yang dia bisa berubah menjadi awan terus kemudian timbul menjadi hujan, menjadi air, turun ke bawah, dan itulah menghidupkan tanah yang kemudian timbul tanaman, semua itu dari laut," tambahnya.
Oleh karena itu, dengan kebijakan pemasangan VMS, Trenggono berharap Indonesia dapat mengelola sektor kelautan dengan lebih baik dan berkelanjutan di masa depan.