Athena (ANTARA) - Menteri luar negeri Prancis dan Jerman mengunjungi Damaskus, menandai kunjungan pertama menlu Eropa ke Suriah sejak jatuhnya rezim Assad, menurut pengumuman Kementerian Luar Negeri Jerman pada Jumat.
Kunjungan tersebut juga menandai kunjungan pertama menlu Eropa sejak putusnya hubungan diplomatik antara Uni Eropa dan Suriah sekitar 12 tahun lalu.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock akan melakukan kunjungan ke Damaskus untuk berbicara bersama mitranya dari Prancis, Jean-Noel Barrot.
Berbicara atas nama Uni Eropa, keduanya akan bertemu dengan Ahmed Sharaa, pemimpin pemerintahan baru Suriah, dan perwakilan masyarakat sipil Suriah, menurut pernyataan kementerian tersebut.
"Setelah jatuhnya rezim Assad yang brutal, Suriah tengah menuju awal baru yang telah lama dinantikan rakyatnya," menurut pernyataan itu.
"Dengan kunjungan mereka ke Damaskus, Menteri Luar Negeri Baerbock dan mitranya dari Prancis, Barrot, menegaskan atas nama Uni Eropa: Bahwa kami siap mendukung Suriah memulai kembali politiknya dan pengalihan kekuasaan secara damai, rekonstruksi, dan yang terpenting, dalam proses rekonsiliasi sosial," menurut pernyataan lebih lanjut.
Berbicara sebelum kunjungannya, Baerbock menambahkan: "Babak menyakitkan dari kekuasaan Assad telah berakhir. Babak baru telah dimulai, tetapi belum ditulis. Karena saat ini rakyat Suriah memiliki kesempatan untuk kembali menentukan nasib negara mereka sendiri. Dan juga untuk kembali menutup luka yang dalam dan menganga."
"Kami ingin mendukung mereka dalam hal ini: dalam pengalihan kekuasaan yang inklusif dan damai, dalam rekonsiliasi masyarakat, dalam rekonstruksi, di samping bantuan kemanusiaan yang telah kami berikan kepada rakyat Suriah tanpa henti selama bertahun-tahun. Kita semua tahu bahwa ini akan menjadi jalan yang terjal," katanya.
Sementara itu, Barrot juga berkata di X, "Di Suriah, kami ingin mendorong transisi yang damai dan mendesak dalam rangka melayani rakyat Suriah dan demi stabilitas regional."
Sumber: Anadolu-OANA