Jakarta (ANTARA) - Mudik, atau pulang kampung, adalah tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, terutama saat perayaan Idul Fitri atau Lebaran.
Tradisi ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga memiliki makna sosial, budaya, dan ekonomi yang mendalam. Indonesia memiliki budaya kekeluargaan yang kuat dan Hari Raya Lebaran menjadi momen penting untuk mempererat tali silaturahmi dengan keluarga besar di kampung halaman.
Tradisi mudik memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian nasional, dengan perputaran uang yang mencapai triliunan rupiah, yang menjadi indikator penting dari aktivitas ekonomi selama periode tersebut.
Meskipun ekonomi saat ini cenderung melambat, mudik tetap menjadi penggerak ekonomi yang kuat, terutama bagi daerah-daerah yang jarang mendapatkan aliran dana besar di luar periode liburan.
Dengan meningkatnya perputaran uang, sektor UMKM, transportasi, dan pariwisata mendapatkan manfaat langsung, membantu menjaga daya beli masyarakat serta memberikan stimulus ekonomi di tengah perlambatan.
Perputaran uang dari arus mudik lebaran dari waktu ke waktu mengalami fluktuasi dan tidak berbanding lurus dengan jumlah masyarakat yang mudik. Data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan perputaran uang mengalami kenaikan dari Rp150 triliun pada 2022 menjadi Rp240 triliun pada 2023.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa 92 persen dari 123,8 juta masyarakat yang mudik memanfaatkan momen mudik untuk sekaligus berwisata dan berbelanja.
Pada 2024 jumlah masyarakat yang mudik mengalami peningkatan menjadi 193,6 juta dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) pada saat itu memperkirakan potensi perputaran uang mencapai Rp157,3 triliun.
Beberapa aktivitas arus mudik yang membangkitkan perekonomian nasional diantaranya adalah meningkatnya konsumsi dan belanja masyarakat yang secara khusus dialokasikan untuk lebaran. Untuk pembelian tiket pesawat, misalnya, melonjak sebesar 23 persen untuk musim mudik tahun 2025.
Kemudian konsumsi rumah tangga, berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pada umumnya meningkat sekitar 10-15 persen selama Ramadan dan Lebaran.
Alasan lain adalah terjadi peningkatan pendapatan dari sektor pariwisata secara langsung bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di daerah tujuan sebesar 50-70 persen selama periode mudik.
Banyak pemudik yang membelanjakan uangnya untuk membeli produk lokal, seperti makanan khas daerah, suvenir, dan kerajinan tangan. Selan itu peningkatan kunjungan obyek wisata dan okupansi penginapan seperti hotel, villa, dan penginapan di kota tujuan mudik juga, meningkatkan pendapatan daerah hingga 60 persen.
Selanjutnya terjadi juga peningkatan arus uang ke daerah sebagai dampak adanya pergerakan uang dari kota besar ke daerah asal pemudik. Banyak pemudik yang membawa uang dalam jumlah besar untuk membantu keluarga di kampung halaman, berinvestasi dalam bentuk tanah atau properti di daerah asal, dan membuka usaha baru atau memperbaiki usaha keluarga.
Kegiatan ekonomi yang meningkat selama mudik juga berdampak positif bagi pendapatan negara dari Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak melalui Pajak Pertambahan nilai (PPN) dari belanja masyarakat, Pajak Hotel dan Restoran yang meningkat selama mudik, serta PNBP dari sektor transportasi, seperti tol dan bandara.
Hal signifikan yang terjadi misalnya pada tahun 2023 pendapatan tol nasional meningkat hingga 30-40 persen selama mudik Lebaran akibat lonjakan jumlah kendaraan.
Mudik 2025
Pada pertengahan Februari 2025, Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan dalam sebuah survei yang dilakukan bersama akademisi memproyeksikan jumlah pemudik Lebaran 2025 diperkirakan hanya mencapai 146,48 juta orang. Angka tersebut turun 24 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta.
Menurut KADIN, penurunan jumlah pemudik tahun 2025 ini terjadi karena beberapa hal. Pertama jarak libur Natal dan Tahun Baru serta Idul Fitri yang sangat berdekatan, sehingga yang sempat berlibur selama Nataru tidak lagi merencanakan liburan atau pulang kampung saat libur Idul Fitri.
Alasan kedua dalam kondisi ekonomi saat ini masyarakat cenderung menghemat karena dalam beberapa bulan ke depan akan memasuki tahun ajaran baru yang memerlukan biaya masuk sekolah.
Untuk alasan ketiga dan keempat adalah karena adanya tekanan dalam faktor ekonomi yang ditandai dengan maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan penurunan daya beli masyarakat, yang salah satu penyebabnya adalah karena faktor PHK tersebut.
KADIN memperkirakan perputaran uang selama libur Idul Fitri 2025 akan mencapai Rp137.975 triliun.
Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan bahwa perputaran uang selama Lebaran tahun ini akan tetap stabil karena berbagai program, termasuk bantuan sosial (bansos), telah berjalan dan turut menopang daya beli masyarakat.
Berbagai upaya pun telah dilakukan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan permintaan dan penawaran.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian meyakini bahwa saat ini ekonomi nasional menunjukkan ketahanan yang baik yang didukung oleh pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5,03 persen pada tahun 2024. Indikator senada juga ditunjukkan beberapa provinsi juga mencatatkan pertumbuhan yang signifikan. Contohnya, Papua Barat dan Maluku Utara yang masing-masing tumbuh sebesar 20,8 persen dan 13,73 persen.
Pertumbuhan ini utamanya didorong oleh sektor industri pengolahan, serta pertambangan dan penggalian. Selain itu, beberapa indikator ekonomi utama juga menunjukkan hasil yang positif.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada pada level 126,4 pada Februari 2025 yang menunjukkan bahwa masyarakat masih memiliki optimisme terhadap kondisi ekonomi, meskipun ada tantangan seperti inflasi atau ketidakpastian global. IKK di atas 100 menunjukkan bahwa konsumen merasa optimis terhadap perekonomian, baik dalam hal kondisi saat ini maupun prospek ke depan. Dengan angka 126,4, artinya masyarakat masih cukup percaya diri dalam melakukan konsumsi dan aktivitas ekonomi lainnya.
Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur tetap berada di zona ekspansi, yaitu 53,6. PMI di atas 50 menandakan ekspansi dalam aktivitas manufaktur, sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Dengan angka 53,6, berarti industri manufaktur tetap berkembang dan menunjukkan peningkatan dalam produksi, pesanan baru, serta aktivitas tenaga kerja. Hal ini juga di dorong oleh momentum Ramadan dan Lebaran dimana kebutuhan produk makanan, minuman, tekstil, dan barang konsumsi lainnya meningkat menjelang hari raya.
Inflasi tetap terkendali dengan deflasi sebesar 0,48 persen (mtm) karena adanya program diskon tarif listrik yang berarti harga-harga secara umum mengalami penurunan dalam skala bulanan, terutama pada sektor yang terdampak program diskon listrik sehingga masyarakat bisa mengalokasikan uangnya untuk kebutuhan lebaran lainnya.
Selanjutnya inflasi komponen inti yang mencerminkan daya beli masyarakat serta kondisi ekonomi secara keseluruhan mengalami inflasi 0,25 persen (mtm) dimana hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan harga di beberapa sektor, permintaan terhadap barang dan jasa utama tetap meningkat terutama untuk pembelian barang-barang dan transportasi kebutuhan lebaran.
Mudik aman, nyaman
Untuk mendukung kelancaran dan kenyamanan arus mudik, pemerintah Indonesia telah mengimplementasikan berbagai kebijakan subsidi dan insentif ekonomi. Salah satu inisiatif utama adalah program mudik gratis dengan kuota hingga 100.000 orang yang mencakup moda transportasi bus, kereta api, dan kapal laut.
Selain itu, pemerintah memberikan diskon tarif tol sebesar 20 persen di sejumlah ruas jalan tol selama periode mudik Lebaran. Diskon ini berlaku selama enam hari, yaitu empat hari saat arus mudik (24-27 Maret 2025) dan 2 hari saat arus balik (8-9 April 2025).
Untuk sektor transportasi udara, pemerintah juga menanggung sebagian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 6 persen dan menurunkan harga avtur di 37 bandara, sehingga harga tiket pesawat domestik turun hingga 14 persen selama periode mudik Lebaran.
Di samping itu, untuk memastikan arus mudik berjalan lancar, Pemerintah mengambil beberapa langkah penting antara lain meningkatkan infrastruktur transportasi seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan untuk mendukung mobilitas pemudik.
Selanjutnya Pemerintah juga berperan dalam meningkatkan distribusi dan penyediaan uang tunai di daerah yang dikoordinasikan oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan perbankan memastikan ketersediaan uang tunai yang memadai di daerah tujuan mudik untuk memenuhi kebutuhan transaksi selama Lebaran.
Terakhir adalah adanya intervensi dalam bentuk operasi pasar dan pengendalian harga. Pemerintah mengadakan operasi pasar untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok dan memastikan ketersediaan barang selama periode Lebaran.
*) Dr. M. Lucky Akbar, S.Sos, M.Si adalah Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan Jambi