Kayong Utara, Kalbar (ANTARA) - Ikan teri selama ini menjadi sumber penghidupan utama bagi masyarakat nelayan di Desa Pelapis. Saat musim angin barat tiba, saat itu pula masa panen ikan teri dimulai. Aktivitas laut menggeliat.
Namun, ketika musim angin barat berakhir aktivitas tangkap kembali sepi dan roda ekonomi bagi nelayan pun ikut melambat. Kondisi ini lah yang membuat nelayan di desa Pelapis sangat bergantung pada ketersediaan ikan teri yang secara alamiah hanya melimpah pada periode Oktober hingga Desember setiap tahun.
Secara ilmiah, ketersediaan ikan di laut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, arus, tingkat salinitas, serta kelimpahan klorofil yang mempengaruhi pertumbuhan plankton—sumber makanan alami ikan. Dengan kondisi laut yang dinamis tersebut, upaya diversifikasi ekonomi pesisir menjadi semakin penting.
Menyadari kondisi tersebut, PT Dharma Inti Bersama (DIB) menginisiasi berbagai program alternatif untuk menjaga keberlanjutan ekonomi masyarakat pesisir, khususnya di saat paceklik ikan. Salah satu langkah nyata yang kini dijalankan adalah budidaya ikan air tawar dan pelatihan pengolahan hasil perikanan bagi para istri nelayan.
Program budidaya ikan air tawar yang dikembangkan DIB merupakan tindak lanjut dari masukan Wakil Bupati Kayong Utara, Amru Chanwari agar potensi perikanan darat juga dapat dikembangkan di wilayah kepulauan.
PSN baru ini menurutnya sebagai peluang baru tenaga kerja, Bagi nelayan tangkap yang masih ingin melanjutkan mata pencaharian sebagai nelayan, ia menyarankan agar melakukan diversifikasi mata pencaharian tambahan melalui budidaya ikan air tawar, sebagai alternatif pendapatan tambahan pada saat tidak musim ikan.
Sejak dua bulan lalu, PT DIB mulai membangun empat unit kolam budidaya di Desa Pelapis yang tersebar di tiga dusun (Kelawar, Jaya, dan Raya). Setiap dusun akan memiliki dua unit kolam, dengan target total pembangunan mencapai enam unit kolam budidaya.

Sebanyak 38 nelayan dari ketiga dusun tersebut telah mengikuti pelatihan budidaya aquaponik, yaitu sistem yang menggabungkan pemeliharaan ikan dengan penanaman tanaman dalam satu siklus air. Para peserta diajarkan teknik dasar pembesaran ikan air tawar, pemeliharaan kualitas air, hingga manajemen pakan.
Tenaga Ahli perikanan, Didin Komarudin, mengatakan, “Sebelumnya para nelayan masih ragu karena budidaya membutuhkan waktu lebih lama dibanding menangkap ikan di laut.
Namun banyak juga yang mulai tertarik karena melihat potensi tambahan penghasilan,” Pria yang juga merupakan Dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Institut Pertanian Bogor (IPB).
Program pemberdayaan masyarakat tidak hanya menyasar para nelayan, sebanyak 73 istri nelayan dari tiga dusun juga aktif mengikuti pelatihan pengolahan ikan. Mereka diajarkan cara membuat produk olahan seperti bakso dan nugget ikan, produk ini dapat diproduksi dan dijual sepanjang tahun tanpa bergantung pada musim tangkap.
Sebelum adanya pendampingan dari PT DIB, sebagian besar keluarga nelayan tidak memiliki aktivitas ekonomi yang tetap di luar masa panen ikan teri. Kini, dengan keterampilan baru yang dimiliki, para ibu rumah tangga dapat membantu menambah pendapatan keluarga sekaligus menciptakan nilai tambah dari hasil tangkapan.
Program yang dijalankan PT DIB ini menjadi contoh nyata bahwa adaptasi terhadap perubahan alam dapat dilakukan dengan pendekatan ilmiah dan pemberdayaan sosial. Dalam jangka pendek, budidaya ikan air tawar dan pengolahan hasil laut menjadi alternatif penambah penghasilan, sementara dalam jangka panjang dapat menumbuhkan kemandirian ekonomi masyarakat nelayan.
Selama periode Agustus – September 2025, penerima manfaat program pelatihan CSR DIB mencapai 258 peserta, terdiri dari; 147 nelayan penerima pelatihan optimalisasi alat tangkap kelong (melalui pelatihan dan pengenalan lampu celup bawah air untuk pengumpul ikan) dan diversifikasi alat (bubu dan gillnet), 73 istri nelayan penerima pelatihan pengolahan ikan, dan 38 peserta program budidaya aquaponik ikan air tawar.

Program ini tidak hanya menjawab kebutuhan ekonomi jangka pendek, tetapi juga memperkuat ketahanan sosial masyarakat pesisir. Dalam salah satu sesi pelatihan, beberapa peserta menyampaikan bahwa sebelum adanya program ini, mereka kerap kesulitan saat musim tangkapan menurun. Kini, mereka memiliki kegiatan lain yang tetap bisa menghasilkan pendapatan bagi keluarga.
Berbagai program pemberdayaan masyarakat pesisir merupakan bentuk nyata PT DIB dalam membuktikan komitmennya untuk tumbuh bersama masyarakat, mengedepankan prinsip keberlanjutan, dan mendukung peningkatan kesejahteraan nelayan di desa Pelapis.
External Relation Manager PT DIB, Seno Ario Wibowo, mengatakan bahwa sebagai perusahaan yang beroperasi dekat dengan komunitas nelayan, pihaknya memahami bahwa keberlanjutan ekonomi masyarakat sangat bergantung pada kondisi alam yang dinamis.
Karena itu, PT Dharma Inti Bersama berkomitmen untuk hadir tidak hanya sebagai pelaku usaha, tetapi juga sebagai mitra pembangunan masyarakat. Melalui program budidaya ikan air tawar dan pelatihan pengolahan hasil perikanan, kami ingin memastikan bahwa para nelayan dan keluarganya tetap memiliki sumber pendapatan, bahkan di luar musim tangkap ikan teri.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa program ini merupakan wujud nyata dari komitmen perusahaan terhadap pemberdayaan masyarakat dan prinsip keberlanjutan lingkungan.
“Kami percaya, adaptasi terhadap perubahan alam harus dilakukan dengan pendekatan ilmiah dan partisipatif. Karena itu, kami menggandeng akademisi serta pemerintah daerah agar program ini dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat pesisir.” Dalam jangka pendek, program budidaya dan pelatihan pengolahan ikan diharapkan menjadi alternatif penghasilan tambahan. Namun, dalam jangka panjang, inisiatif ini ditujukan untuk menumbuhkan kemandirian ekonomi masyarakat nelayan.
Baca juga: PT DIB berikan layanan kesehatan gratis di Pulau Meledang
Baca juga: Pemberian makanan tambahan PT DIB di Desa Pelapis tingkatkan kunjungan masyarakat ke posyandu
