Pontianak (Antara Kalbar) - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Jawa Tengah, melakukan studi banding ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Barat tentang penanaman padi dengan mengunakan teknologi Hazton.
"Meski kita sudah menerapkan tanam padi dengan teknologi Hazton sejak tahun 2014 lalu, namun melalui kunjungan ini, ingin datang lagnsung bertemu dengan narasumber atau daerah pencetus hazton," kata ketua rombongan studi banding yang juga Manager Unit Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan KPw BI Purwokerto Djoko Juni Warto di Pontianak, Kamis.
Dijelaskan Djoko, rombongan yang ikut dalam studi banding tersebut terdiri dari beberapa kabupaten yang meliputi Banyumas, Cilacap, Banjarnegara dan Probolinggo.
"Pak Sekda dari beberapa kabupaten juga turut dengan kita. Mereka ingin tahu secara lansung untuk pengembangan Hazton. Kedatangan ini juga untuk meyakinkan langsung," katanya.
Djoko yang juga pernah bertugas di KPw BI Kalbar dan pindah ke KPw BI Purwokerto pada tahun 2014 silam menceritakan bahwa penanaman Hazton di Purwarkerto dibawa dari Kalbar. Menurutnya ketika bertugas di Purwokerto, ia kenalkan sistem tanam yang dalam proses penanaman dengan mengunanakan anakan padi sekitar 25 batang perlubang tersebut. Meski di level dinas di sana hingga sekarang masih menolak namun penerapan itu diterima petani di desa yang di bawah binaan BI.
"Saat ini ada 50 hektare yang sudah menerapkan teknologi Hazton. Itu semua binaan BI. Belum lagi ada yang mandiri yang melihat binaan kita suskses dan mencoba juga," ujar dia.
Ia juga memaparkan, berkat teknologi Hazton, penghasilan petani menjadi dua kali lipat dari sebelum-sebelumnya. Dulu tertinggi hanya sekitar 6 ton perhektare dan kini dengan Hazton ada yang mencapai 11 ton perhektare.
"Sekarang kita terus meningkatkan jumlah areal penanaman padi yang menggunakan Hazton. Bukti konkrit kita dengan studi ini agar ilmu soal penanaman ini lebih baik lagi," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016
"Meski kita sudah menerapkan tanam padi dengan teknologi Hazton sejak tahun 2014 lalu, namun melalui kunjungan ini, ingin datang lagnsung bertemu dengan narasumber atau daerah pencetus hazton," kata ketua rombongan studi banding yang juga Manager Unit Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan KPw BI Purwokerto Djoko Juni Warto di Pontianak, Kamis.
Dijelaskan Djoko, rombongan yang ikut dalam studi banding tersebut terdiri dari beberapa kabupaten yang meliputi Banyumas, Cilacap, Banjarnegara dan Probolinggo.
"Pak Sekda dari beberapa kabupaten juga turut dengan kita. Mereka ingin tahu secara lansung untuk pengembangan Hazton. Kedatangan ini juga untuk meyakinkan langsung," katanya.
Djoko yang juga pernah bertugas di KPw BI Kalbar dan pindah ke KPw BI Purwokerto pada tahun 2014 silam menceritakan bahwa penanaman Hazton di Purwarkerto dibawa dari Kalbar. Menurutnya ketika bertugas di Purwokerto, ia kenalkan sistem tanam yang dalam proses penanaman dengan mengunanakan anakan padi sekitar 25 batang perlubang tersebut. Meski di level dinas di sana hingga sekarang masih menolak namun penerapan itu diterima petani di desa yang di bawah binaan BI.
"Saat ini ada 50 hektare yang sudah menerapkan teknologi Hazton. Itu semua binaan BI. Belum lagi ada yang mandiri yang melihat binaan kita suskses dan mencoba juga," ujar dia.
Ia juga memaparkan, berkat teknologi Hazton, penghasilan petani menjadi dua kali lipat dari sebelum-sebelumnya. Dulu tertinggi hanya sekitar 6 ton perhektare dan kini dengan Hazton ada yang mencapai 11 ton perhektare.
"Sekarang kita terus meningkatkan jumlah areal penanaman padi yang menggunakan Hazton. Bukti konkrit kita dengan studi ini agar ilmu soal penanaman ini lebih baik lagi," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2016