Keberadaan Laboratorium Bio-Molekuler Pusat Unggulan Teknologi Sumberdaya Perikanan (Lab.BMPUTSP) di Politeknik Negeri Pontianak (Polnep) akan lebih memudahkan untuk mengindentifikasi satwa air yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Barat.
Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Pontianak, Miharjo di Pontianak, Senin mengatakan lab bio-molekuler ini tentu akan memudahkan untuk mengindentifikasi satwa lokal apa saja yang ada di Kalbar dan akan lebih mudah dalam pengawasannya.
Dikatakan, perairan Kalbar kaya akan sumber daya perikanan, hanya saja, hingga saat ini belum ada data jenis jumlah ikan di Kalimantan Barat. Padahal, nilai ekonomi yang dihasilkan dari transaksi perdagangan internasional mencapai ratusan miliar rupiah.
"Pada Mei 2019 mencapai Rp144, 8 Miliar dengan jumlah 254.700 ekor untuk komoditas ikan hidup dan 262,5 ton produk perikanan segar, basah, dan beku yang diekspor ke sejumlah negara," ujarnya.
Produk perikanan tersebut dilalulintaskan melalui Pelabuhan Pontianak dan Bandar Udara Supadio Pontianak. "Salah satunya Arwana Super Red, setiap hari ada pengiriman ke luar Kalbar," katanya.
Menurut Miharjo, selain pengawasan terhadap lalu lintas perdagangan ikan, pihaknya juga melakukan pemantauan terhadap jenis ikan invasif atau infasif alien spesies. Yaitu merupakan spesies asing yang keberadaan dan penyebarannya menyebabkan atau berpotensi menyebabkan kerugian secara lingkungan ekonomi, atau kesehatan manusia.
Sementara itu, Kepala Laboratorium Biodiversitas dan Biosistematika, Dr. Hawis Maduppa saat memberikan pelatihan pengecekan DNA Satwa Akuatik di Pontianak mengatakan, Kalimantan Barat memiliki posisi yang sangat penting, sebagai pusat biodiversitas baik dari darat maupun hasil laut.
Namun, kata Hawis, masih banyak jenis ikan belum didata di Kalimantan Barat. "Sebenarnya banyak biota-biota unik yang belum terdata. Dan itu yang harus kita upayakan," katanya.
Dengan kolaborasi ini kegiatan pelatihan DNA dan Analisa Data Genetik ini, dapat menciptakan ahli-ahli untuk DNA dan Analisis genetik. Ia berharap laboratorium yang ada menjadi rujukan.
"Kami dari IPB siap mendukung," ujar Dosen dan Peneliti Kajian Ilmu Biologi Molekuler IPB ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
Kepala Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Pontianak, Miharjo di Pontianak, Senin mengatakan lab bio-molekuler ini tentu akan memudahkan untuk mengindentifikasi satwa lokal apa saja yang ada di Kalbar dan akan lebih mudah dalam pengawasannya.
Dikatakan, perairan Kalbar kaya akan sumber daya perikanan, hanya saja, hingga saat ini belum ada data jenis jumlah ikan di Kalimantan Barat. Padahal, nilai ekonomi yang dihasilkan dari transaksi perdagangan internasional mencapai ratusan miliar rupiah.
"Pada Mei 2019 mencapai Rp144, 8 Miliar dengan jumlah 254.700 ekor untuk komoditas ikan hidup dan 262,5 ton produk perikanan segar, basah, dan beku yang diekspor ke sejumlah negara," ujarnya.
Produk perikanan tersebut dilalulintaskan melalui Pelabuhan Pontianak dan Bandar Udara Supadio Pontianak. "Salah satunya Arwana Super Red, setiap hari ada pengiriman ke luar Kalbar," katanya.
Menurut Miharjo, selain pengawasan terhadap lalu lintas perdagangan ikan, pihaknya juga melakukan pemantauan terhadap jenis ikan invasif atau infasif alien spesies. Yaitu merupakan spesies asing yang keberadaan dan penyebarannya menyebabkan atau berpotensi menyebabkan kerugian secara lingkungan ekonomi, atau kesehatan manusia.
Sementara itu, Kepala Laboratorium Biodiversitas dan Biosistematika, Dr. Hawis Maduppa saat memberikan pelatihan pengecekan DNA Satwa Akuatik di Pontianak mengatakan, Kalimantan Barat memiliki posisi yang sangat penting, sebagai pusat biodiversitas baik dari darat maupun hasil laut.
Namun, kata Hawis, masih banyak jenis ikan belum didata di Kalimantan Barat. "Sebenarnya banyak biota-biota unik yang belum terdata. Dan itu yang harus kita upayakan," katanya.
Dengan kolaborasi ini kegiatan pelatihan DNA dan Analisa Data Genetik ini, dapat menciptakan ahli-ahli untuk DNA dan Analisis genetik. Ia berharap laboratorium yang ada menjadi rujukan.
"Kami dari IPB siap mendukung," ujar Dosen dan Peneliti Kajian Ilmu Biologi Molekuler IPB ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020