Balikpapan (ANTARA Kalbar) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berharap dukungan dari Majelis Ulama Indonesia untuk mengeluarkan fatwa halal tentang vasektomi atau operasi medis (bedah minor) dengan mengikat saluran sperma pria.
"Sejauh ini Majelis Ulama Situbondo telah menyatakan vesektomi itu halal dan kami meminta dukungan, agar mensponsori pertemuan untuk menjelaskan kepada sejumlah Majelis Ulama," kata Kepala BKKBN Dr dr Sugiri Syarief usai membuka Forum Konsultasi Nasional Kepala Seksi (Kosi) di Hotel Grand Jatra, Balikpapan, Minggu (15/4) malam.
Ia mengatakan bahwa sebelumnya Majelis Ulama Situbondo memberikan penjelasan kepada Mejelis Ulama Jawa Timur dan akhirnya MUI Jawa Timur sepakat bahwa vasektomi itu halal. Kemudian nanti akan dibawa ke MUI tingkat pusat.
Menurut dia, selama ini keikutsertaan pria dalam program KB masih rendah.
Sugiri menjelaskan bahwa para ulama masih mengharamkan pria ber-KB dengan cara vesektomi karena dianggap mengebiri, padahal hanya memotong saluran sperma dan bisa disambung kembali (Rekanalisasi).
Namun diharapkan pada pertemuan para ulama Juni 2012, telah ada kesepakatan bahwa vasektomi dihalalkan.
Salah satu alasan penyebab rendahnya ke ikutsertaan KB pria adalah karena belum adanya fatwa yang menghalalkan vasektomi. Padahal KB pria hanya dua yakni dengan cara vasektomi atau menggunakan kondom.
Adapun perbandingan jumlah peserta antara KB pria dengan KB wanita sangat jauh, yakni dari sekitar 29 juta peserta KB di Indonesia hanya 1,5 persen peserta KB pria. Dari jumlah 1,5 persen, vasektomi 0,7 persen dan menggunakan kondom 0,8 persen.
"Jika para ulama telah mengeluarkan fatwa halal tentang vasektomi, maka saya yakin peningkatan KB pria akan meningkat dua kali lipat," katanya.
Sugiri mengemukakan bahwa pertambahan penduduk di Indonesia sebesar 31 juta jiwa dalam kurun waktu 10 tahun, sehingga diperkirakan jumlah penduduk Indonesia pada 2012 telah mencapai 245 juta jiwa. Jumlah penduduk yang banyak jika tidak memiliki kualitas sumber daya manusia (SDM) maka akan menjadi beban di semua sektor.
"Keberhasilan pembangunan suatu bangsa 80 persennya ditentukan oleh kualitas SDM dan 20 persen ditentukan sumbar daya lain," katanya.
(KR-GFR)