Mahachai, Thailand (ANTARA Kalbar/AFP) - Tokoh demokrasi Aung San Suu Kyi pada Rabu, dalam pemberhentian pertama perjalanan perdananya ke luar negeri sesudah 24 tahun, mengatakan kepada kerumunan perantau Myanmar di Thailand dia akan melakukan semua yang ia bisa untuk membantu mereka.
"Saya dapat memberi satu janji. Saya akan mencoba yang terbaik untuk Anda," kata Suu Kyi kepada kerumunan ratusan orang, yang memadati jalan sempit di Provinsi Samut Sakhon di selatan Bangkok untuk melihat pemimpin lawan itu, yang tidak meninggalkan tanah airnya sejak 1988.
Suu Kyi memuji semangat kuat pekerja dari Myanmar, yang juga dikenal sebagai Birma, meskipun banyak masalah seperti terungkap dalam tanggapan kepada wartawan.
"Mereka semua mengatakan satu hal, ingin kembali ke Birma secepat mungkin. Itu tentu saja merupakan bagian dari tanggung jawab kami," katanya, dengan menambahkan bahwa saat mengunjungi Mahachai, ia seperti berada kembali di Yangon.
Perantau Myanmar mengangkat spanduk bergambar Suu Kyi dan bertuliskan dalam bahasa Birma dan Inggris bahwa "Birma merdeka" dan "Kami ingin pulang".
"Saya sangat bahagia dan ingin menangis. Saya merasa bahwa kita akan mendapatkan demokrasi di Myanmar," kata Phyu, yang telah enam tahun di Thailand.
Kegembiraan Suu Kyi di luar perbatasan Myanmar adalah pertunjukan penting kepercayaan pada perubahan tajam di tanah airnya sejak hampir 50 tahun kekuasaan tentara digantikan pemerintah warga pada lalu tahun.
Mantan tahanan politik itu, yang meraih kursi di parlemen dalam pemilihan umum sela sejarah pada April, dijadwalkan menemui perdana menteri Thailand dan menghadiri Forum Ekonomi Dunia tentang Asia Timur selama beberapa hari di negeri itu.
Keputusannya memulai perjalanan dengan menemui beberapa ratus dari ribuan perantau Myanmar, yang bekerja dalam pekerjaan berupah rendah di rumah, pabrik dan perahu nelayan Thailand, menyoroti kelompok lama terpinggirkan dan rentan terhadap pemanfaatan.
Tenaga kerja Thailand sangat bergantung pada pekerja asing berupah rendah, baik sah maupun dagangan, dengan warga Myanmar berjumlah sekitar 80 persen dari dua juta perantau terdaftar di kerajaan itu. Diperkirakan, satu juta lebih pekerja asing tanpa surat.
"Sebagian besar pekerja di sini ingin pulang, tapi kami tidak dapat menerimanya. Tidak ada pekerjaan di sana dan sulit untuk makan, sulit untuk hidup," kata Aung Htun (28 tahun), pekerja penggilingan padi.
Suu Kyi bertemu dengan beberapa pekerja rantau sebagai bagian dari kunjungannya, mendengar cerita tentang berbagai pengalaman dan berjanji membahas masalah itu dengan pemerintah Thailand.
Pavin Chachavalpongpun, dari Pusat Kajian Asia Tenggara di Universitas Kyoto Jepang, menyatakan pegiat itu berupaya menyambung kembali hubungan hilang dengan yang tinggal di luar negeri.
"Banyak orang Birma di Thailand, pembangkang dan pekerja rantau. Itu sebabnya ia memilih ke sana," katanya.
Perjalanan mancanegara Suu Kyi, yang juga termasuk Eropa pada bulan Juni, dilihat sebagai penuntasan peralihannya dari tahanan ke politisi dunia.
Wanita 66 tahun itu, yang menghabiskan 15 dari 22 tahun belakangan dalam tahanan rumah, pada masa lalu menolak ke luar negeri, bahkan ketika penguasa menolak memberi visa suami sekaratnya untuk mengunjunginya, karena takut tidak diizinkan kembali.
Suu Kyi juga menyatakan akan menemui pengungsi di Thailand utara, tempat sekitar 100.000 orang tinggal di perkampungan setelah mengungsi akibat perang suku di perbatasan Myanmar timur.
Ia dijadwalkan berbicara pada pembahasan terbuka pendiri Forum Ekonomi Dunia Klaus Schwab dan pada Jumat tampil di sidang tentang peran perempuan Asia.
Rencana perjalanan Eropa Suu Kyi mencakup pidato di sidang Badan Buruh Dunia di Jenewa pada 14 Juni.
Setelah itu, ia akan berpidato di Oslo pada 16 Juni untuk pada akhirnya menerima Nobel Perdamaian, yang diperolehnya pada 1991 untuk perjuangan secara damainya untuk demokrasi.
Ia juga berniat ke Inggris, tempat ia tinggal bertahun-tahun bersamanya keluarganya, dan berpidato di parlemen di London pada 21 Juni.
Presiden Myanmar Thein Sein, yang dipuji atas serangkaian perubahan di dalam negerinya, menunda kunjungan resmi ke Thailand, yang bentrok dengan perjalanan Suu Kyi.
Ia akan ke negara itu pada 4 dan 5 Juni, kata Kementerian Luar Negeri Thailand.
(B002)