Jakarta (ANTARA Kalbar) - Kepala Staf Angkatan Udara Imam Sufaat mengatakan terjadinya insiden peliputan dan perampasan kamera wartawan saat meliput jatuhnya pesawat tempur Superhawk karena keinginan untuk menjaga kerahasiaan yang dimiliki pesawat tersebut.
"Iya, kalau untuk pesawat tempurkan rahasia ya. Nanti kalau misalnya bawa bom, nanti situ kena bomnya. Sebetulnya ada kerahasiaannya juga," katanya di Istana Negara, Jakarta, saat ditanyakan wartawan terkait insiden tersebut.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono. "Ada hal-hal yang berkaitan dengan pesawat itu sendiri, contohnya itu tadi jangan sampai dia sedang bawa bom, kemudian mendekat meledak kemudian yang disalahkan nanti TNI AU, juga," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, penjagaan terhadap peliputan tersebut untuk menjaga keselamatan semua pihak.
Seperti diberitakan, sebanyak enam wartawan telah menjadi korban penganiayaan sejumlah oknum TNI saat meliput insiden jatuhnya pesawat Hawk 200 milik TNI AU di sekitar pemukiman warga RT 03, RW 03, Dusun 03, Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Selasa, sekitar 09.47 WIB.
Enam wartawan tersebut diantaranya Didik Herwanto, fotografer Riaupos (Jawapos Grup), Fakhri Rubianto, reporter Riau Televisi, Rian FB Anggoro (pewarta kantor berita ANTARA), Ari (TV One) dan Irwansyah (reporter RTV) serta Andika (fotografer Vokal).
Tindak hanya penganiayaan, sejumlah oknum TNI yang berjaga-jaga di lokasi insiden pesawat jatuh juga merampas beberapa kamera milik pewarta foto yang tengah bertugas.
(M041)
KSAU: Insiden Peliputan Wartawan Lindungi Kerahasiaan
Selasa, 16 Oktober 2012 16:22 WIB