Jakarta (ANTARA Kalbar) - Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Adhyaksa Dault mengemukakan, minimnya persatuan menjadi faktor penghambat kebangkitan bagi umat Islam yang masih belum optimal dalam memanfaatkan potensi politik dan ekonomi umat Islam.
"Salah satu penghambat kebangkitan Islam adalah tidak adanya persatuan di dalam umat," kata Adhyaksa Dault saat menyampaikan khutbah Idul Adha di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta Selatan, Jumat.
Menurut dia, sesama muslim seharusnya dapat lebih banyak saling membantu dan tolong- menolong dalam kebaikan dan bukannya saling menjatuhkan satu sama lain.
Ia mengingatkan jemaah peserta ibadah shalat Id untuk mengenang dan merenungkan kembali pengorbanan dan perjuangan para Nabi dan Rasul, serta kalangan Sahabat dan Tabiin (generasi sesudah Sahabat Nabi) dalam mengukir peradaban manusia.
Adhyaksa juga menuturkan, kota Granada dan Alhambra pada masa lampau juga merupakan bukti kejayaan Islam di Eropa dan bahkan menjadi pencerahan bagi peradaban Barat yang sedang mengalami kegelapan.
"Bisa kita temukan lelaki sejarah yang lain seperti Umar bin Abdul Aziz yang mampu mengubah kondisi ekonomi umat Islam pada saat itu," katanya.
Menurut dia, setelah Umar memimpin umat dengan menjadi khalifah setelah dua tahun enam bulan, sampai tidak ada seorang pun yang menjadi mustahik (berhak menerima zakat).
Bahkan dari uang zakat itu, lanjutnya, Umar membayar semua utang rakyat, menanggung biaya perkawinan kaum pemuda di seluruh wilayah negara, serta membeli rumah untuk setiap warga.
"Kebaikan dan kesalehan bangsa ini tidak bisa berharap lagi kepada para pemimpin yang hanya suka menebar pesona, yang hanya berkata-kata dan yang hanya berjanji. Akan tetapi bangsa ini sedang menunggu para pemimpin yang berkarya, bekerja, dan semangat melayani rakyatnya," katanya.
Hal tersebut, ujar dia, karena hakekat seorang pemimpin adalah pelayan yang baik bagi bangsa, mendahulukan kepentingan rakyat, bukan kepentingan pribadi, keluarga, partai, dan golongannya.
(M040)