Pontianak (Antara Kalbar) - Puluhan mahasiswa dari Hubei University, RRC, pada Sabtu (13/4) malam, menyuguhkan pertunjukan memukau ratusan orang yang memadati Auditorium Universitas Tanjungpura Pontianak dalam Pentas Seni 2013.
Mereka menampilkan kemahiran memainkan naga, barongsai, bela diri wushu, tai chi kipas, seni lagu dan tari Mongolia (Hong Yan), lagu Bengawan Solo, pertunjukan kecapi, catur, kaligrafi, lukisan dan pakaian tradisional. Juga memainkan pedang, tongkat dan tombak, dan tarian air dari tiga dara suku Dai. Tak ketinggalan, ada pertunjukkan seni bela diri Fu Chen dari Tiongkok.
Pertunjukan itu bisa terlaksana karena adanya kerja sama Hubei University dengan Kantor Internasional Untan (KIU) dan Pusat Bahasa Mandarin di perguruan tinggi tersebut.
Kantor Internasional Untan yang berdiri sejak Januari 2011, kini semakin "mengepakan sayapnya" dengan menyiapkan sejumlah program kerja sama atau kemitraan dengan lembaga asing.
Adalah Dr Farah Diba, SHut MSi yang selama dua tahun ini menjalankan tugas sebagai pimpinan pada kantor yang dibentuk dengan visi membantu Untan dalam kerja sama internasional tersebut.
Farah Diba atau akrab disapa Debi, sebelumnya lebih populer di kalangan akademisi sebagai peneliti rayap. Ia peneliti pertama rayap dari universitas tertua di Kalimantan Barat itu. Debi mendapat tugas mengelola kantor itu sejak dua tahun lalu -- awal berdiri -- hingga kini untuk menggalang kerja sama dengan berbagai lembaga dari luar atau asing.
Pada awal berdirinya, KIU membentuk "American Corner". Unit ini ada atas keinginan Kedutaan Besar Amerika Serikat yang ingin membentuk "American Corner" di salah satu perguruan tinggi di Kalbar.
"Awalnya Kedubes Amerika meminta semua perguruan tinggi di Kalbar mengajukan proposal kepada mereka. Ternyata proposal dari Untan yang terbaik dan mendapatkan kesempatan itu," kata Debi.
Selain American Corner kerja sama dengan Kedubes Amerika Serikat, KIU juga sudah menjalin kerja sama dengan Guangxi University For Nationalities (GXUN). Dari kerja sama itu, terbentuk Pusat Bahasa Mandarin di Untan. Unit tersebut juga ikut terlibat dalam Pentas Seni 2013, dengan Hubei University.
Untan-British Council
Selain dengan Amerika Serikat dan RRC, KIU kini juga sedang menyiapkan kerja sama dengan Kedutaan Besar Inggris melalui British Council.
Pemerintah Inggris akan membentuk "Self Access Center" yang menyiapkan pelatihan atau kursus Bahasa Inggris bagi pelajar dan umum. Juga tes kemahiran berbahasa Inggris untuk pelajar, umum dan dosen yang akan melanjutkan studi ke luar negeri. Berupa tes Toelf IBT, IElts, Toelf dan komputer .
"Sedang disiapkan peluncurannya saat Dies Natalis Untan, Mei 2013," kata Alumni Program Doktor IPB itu.
Menurut Farah Diba, sesuai misinya, yakni meningkatkan kompetensi mahasiswa dan dosen, terutama dosen untuk dapat kerja sama dengan mitra Untan di luar negeri, KIU, kini pun sedang menjajaki kerja sama dengan Kedubes Perancis.
"Pihak Perancis ingin membuat `warung Perancis`, dimana ada tempat kursus bahasa Perancis, pemutaran film Perancis dan tes kemampuan bahasa Perancis," kata perempuan kelahiran Pontianak, 16 November 1970 itu.
Menurut dia, adanya kerja sama tersebut juga karena peran Rektor Untan Prof Dr Thamrin Usman DEA yang "menjembatani" hubungan Untan dengan pihak luar.
"Ketika berada di luar negeri, Rektor biasanya mengajak pihak luar untuk bekerja sama. Dan `International Office` yang melakukan 'follow up'," katanya.
Saat ini, Debi bersama timnya sedang menyiapkan program pertukaran mahasiswa dimana nilai tesnya selama mengikuti pertukaran mahasiswa itu bisa diakui dengan mendapatkan kredit transfer. Mahasiswa Untan bisa belajar di luar negeri dan nilainya diakui baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Sebagai tahap awal, untuk mahasiswa yang belajar 6 bulan hingga 1 tahun atau dua semester di kampus di luar negeri.
"Tahun ini sudah dilakukan oleh Fakultas Ekonomi. Ada pertukaran mahasiswa dengan universitas di Malaysia, yakni University of Malaya atau Unimas," kata mantan Ketua Senat Fakultas Pertanian Untan, tahun 1991-1992 itu.
Debi mengatakan, pihaknya sedang menyiapkan untuk mahasiswa yang mengikuti perkuliahan di Universitas Kochi di Jepang. "Direncanakan bulan Mei nanti," katanya.
Namun, untuk sementara biaya kuliah separuh dibebankan kepada mahasiswa. Biaya yang ditanggung Untan hanya transpotrdan asuransi. Sedangkan biaya sehari-hari dari mahasiswa tersebut. "Tetapi Untan membuat kesepakatan dengan pihak Kochi, selama kuliah mahasiswa tidak perlu membayar SPP," katanya.
Kini, "jalan sudah dibuka" Farah Diba dan tim kerjanya, melalui Kantor Internasional Untan. Mahasiswa dan dosen dapat menggunakan jalan itu, memanfaatkannya untuk menuju "Go International".
(N005)