Pontianak (Antara Kalbar) - Gubernur Kalimantan Barat Cornelis mengatakan, acara Naik Dango yang rutin digelar setiap tahun di kalangan masyarakat Dayak Kanayatn masih relevan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil pertanian yang dicapai sekaligus berdoa untuk usaha pada tahun yang akan datang.
"Namun perlu dikemas lebih baik agar dapat memikat turis wisatawan nasional maupun internasional," kata Cornelis di Pontianak, Senin.
Kegiatan Naik Dango merupakan prakarsa Gubernur Kalbar periode 1972 - 1977, Kadarusno, dengan mengeluarkan SK No.100/74. Pelaksanaannya ditetapkan bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei.
Menurut Cornelis, pelaksanaan Naik Dango adalah istilah bagi orang Dayak Kanayatn. Sedangkan bagi Dayak Kapuas Hulu dan lain-lain, acara serupa disebut gawai.
"Bertepatan dengan tanggal 20 Mei, juga bermaksud untuk menyatukan orang Dayak khususnya Kanayatn agar tidak menghabiskan panennya secara percuma," kata dia.
Ia melanjutkan, kalau dikemas dengan lebih menarik, dapat berdampak kepada peningkatan perekonomian daerah serta bermanfaat bagi kaum muda agar tidak kehilangan jati diri.
"Situasi sekarang masih sangat relevan dengan acara seperti Naik Dango, selain upacara adat perlu juga ditampilkan nilai-nilai positif budaya yang ada," kata dia.
Ia menambahkan, orang luar negeri akan lebih mengenal bahwa Dayak itu bukan hanya ada di Malaysia dan Brunai Darussalam saja. "Melainkan mereka tahu bahwa orang Dayak itu ada dan mendiami seluruh Pulau Kalimantan baik bagian Barat, Tengah, Selatan, Timur dan Utara," kata dia.
Gubernur Kalbar Cornelis juga mengajak masyarakat Dayak untuk meningkatkan produksi pangan alternatif seperti ubi, jagung dan sukun. "Supaya tidak lagi tergantung dengan keperluan pangan impor," katanya menegaskan.
Dewan Adat Dayak Kota Singkawang pada Minggu (2/6) sore menggelar malam penutupan Naik Dango yang dipusatkan di Rumah Panjang Kota Singkawang, Jalan Baru, Norio Sijangkung, Kecamatan Singkawang Selatan.
Ketua Dewan Adat Dayak Kota Singkawang, Aloysius Killin mengatakan, tahun ini panitia mengambil tema "Dengan Gawe Dayak Naik Dango Kota Singkawang Tahun 2013, Mari Kita Bersatu Padu Menumbuh Kembangkan Semangat Rumah Panjang di Kota Singkawang".
"Tema tersebut mengandung makna dan maksud yang dalam untuk terus membina dan memelihara kesatuan dan persatuan lewat seni dan budaya Rumah Panjang," kata Aloysius.
Sementara Wakil Wali Kota Singkawang, Abdul Muthalib mengatakan, Naik Dango mengandung makna filosofi berupa rasa solidaritas, kebersamaan dan persatuan. "Untuk itu nilai-nilai kearifan dan cara pandang yang tersirat dalam event budaya ini, masih sangat relevan dalam upaya memperkokoh persatuan dan kesatuan serta modal yang kuat dalam meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat," kata dia.
Selain itu, sikap dan perilaku yang demikian merupakan identitas diri yang patut untuk terus ditumbuhkembangkan di tengah-tengah masyarakat agar dapat menjadi perisai dalam menangkal pengaruh budaya luar yang negatif, ujar Abdul Muthalib.
Gubernur Kalbar: Naik Dango Masih Relevan
Senin, 3 Juni 2013 15:43 WIB