Medan (Antara Kalbar) - Minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan karet menjadi salah satu isu utama yang dibawa Pemerintah Indonesia dalam Pertemuan Pejabat Tinggi APEC ke-3 (SOM III), 22 Juni-6 Juli 2013, di Medan.
"Kedua komoditas itu merupakan unggulan Indonesia dan termasuk di negara APEC, tetapi masih sering mendapat tekanan sehingga dinilai perlu dibahas dan nyatanya memang mendapat perhatian dalam SOM III APEC di Medan,"kata Staf Ahli Menlu Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya, M Wahid Supriyadi, di Medan, Sabtu.
Kalau CPO selalu ditekan dengan isu lingkungan, maka karet sarat dengan tekanan antara pasokan dan permintaan seperti dewasa ini yang di bawah 3 dolar AS per kg.
Direncanakan pembahasan soal CPO itu dilakukan 3 Juli .
"Pemerintah bersama swasta dalam hal ini Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) dan tentunya ekonom dari negara penghasil lainnya akan membahas permasalahan itu termasuk menerangkan kepada lembaga perlindungan lingkungan Amerika Serikat (AS) atau The US Environmental Protection Agency (EPA) yang akan datang bersamaan dengan SOM III APEC di Medan,"katanya.
Pertemuan APEC dimana 21 ekonom dan berbagai lembaga lainnya datang ke Medan yang merupakan salah satu sentra produsen sawit dan karet terbesar di Indonesia akan dimanfaatkan untuk membuktikan isu negatif terhadap atas komoditas itu tidak benar.
Seperti diketahui, produk CPO asal Indonesia dinyatakan tidak termasuk sebagai produk biofuel yang hijau atau produk yang ramah lingkungan dan itu sudah disanggah pemerintah ke AS.
Sanggahan itu memang sudah direspon EPA yang melakukan kunjungan ke Indonesia pada tahun lalu dengan mengunjungi perkebunan dan sudah melihat kalau produk itu sudah ramah lingkungan dan termasuk "zero waste" (tidak ada sampah).
Tetapi, EPA hingga kini belum menyatakan sikap tegas terkait hal tersebut sehingga Indonesia menilai pertemuan SOM III APEC di Medan merupakan momentum yang tepat untuk kembali menyatakan atau menunjukkan bahwa perkebunanan dan produk sawit nasional ramah lingkungan.
Meski AS bukan negara pembeli terbesar CPO Indonesia, tetapi isu jelek bahkan penolakan negara itu dipastikan punya pengaruh besar juga terhadap perdagangan komoditas itu.