Pontianak (Antara Kalbar) - Ketua Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Dr Eng Rudi Kurnianto menilai pemanfaatan potensi air sebagai sumber energi di Kalimantan Barat terbilang terlambat dibanding Sarawak, Malaysia.
"Potensi-potensi air di Kalbar yang bisa dijadikan sumber energi listrik, sebenarnya banyak," kata Rudi Kurnianto saat dihubungi di Pontianak, Minggu.
Namun, dengan topografi daerah yang mirip, Sarawak sudah lebih dulu mengembangkan potensi alam tersebut.
Menurut doktor lulusan Jepang itu, Sarawak mulai memanfaatkan potensi air sebagai sumber energi listrik pada era 1990-an.
Sedangkan di Kalbar, yang cukup besar ada di Kabupaten Bengkayang. "Skalanya masih antara 1 MW sampai 10 MW, pembangkit listrik tenaga mikro, mulai sekitar tahun 2010," ujar Rudi Kurnianto.
Namun ia yakin, ke depannya, potensi itu akan semakin tergarap di Kalbar. "PLN sudah membuka pintu dan mengajak pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi alam sebagai sumber energi listrik," kata dia.
Ia melanjutkan, ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan yang harus ditunjang dengan regulasi yang mendukung.
Selain itu, sosialisasi mengenai regulasi dan peluang kerja sama perlu diperluas dan gencar.
"Jangan hanya membuat seminar, tetapi lambat di perbatasan," ujar Rudi Kurnianto. Di Fakultas Teknik Untan, terdapat pusat studi energi.
Ada sejumlah kajian yang sudah dilakukan terhadap potensi alam di Kalbar. Salah satunya tentang angin. Di Pontianak, kecepatan angin berkisar 2 - 3 meter per detik. Kecepatan tersebut masih kurang untuk dijadikan sumber energi.
Potensi lain seperti sinar matahari, meski berlimpah, namun nilai per kWH masih tinggi. "Tapi suatu saat, harganya akan semakin ekonomis," katanya.
(T011/M019)